Jembatan Gantung Banjarsari II dan Kedungbendo di Pacitan Rampung, Mobilitas Antar Desa Kembali Lancar

Loading

JAKARTA (IndependensI.com)  – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan jembatan gantung yang menghubungkan antar desa sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama untuk menggantikan jembatan “Indiana Jones”. Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018,

Kementerian PUPR telah membangun sebanyak 164 jembatan gantung dan tahun 2019 direncanakan sebanyak 166 jembatan baru lagi yang tersebar di seluruh pelosok di tanah air.

“Masih dibutuhkan ribuan jembatan gantung agar tidak ada lagi jembatan “Indiana Jones” di Indonesia. Kita harapkan ke depan tidak ada lagi anak-anak sekolah yang  bergelantungan seperti “Indiana Jones” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.

Sebagai contoh, dua jembatan gantung yang dibangun di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 telah rampung dikerjakan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Jawa Timur-Bali. Jembatan gantung tersebut yakni Banjarsari II dan Kendungbendo. Kedua jembatan tersebut menggantikan jembatan antar-desa yang hanyut diterjang banjir besar yang terjadi pada 28 Desember 2017 lalu.

Jembatan Gantung Banjarsari II dan Kendungbendo dibangun dengan panjang masing-masing 120 meter dan lebar 1,8 meter. Pembangunan kedua jembatan dilakukan dalam satu paket kontrak dengan total biaya sebesar Rp 6,08 milyar yang bersumber pada APBN tahun 2018

Masa konstruksi dimulai sejak Agustus 2018 dan rampung pada Desember 2018 dengan kontraktor PT. Cahaya Agung Perdana Karya. Konstruksi yang digunakan tipe rigid dan  hanya dapat dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua.

Jembatan Gantung Banjarsari II menghubungkan Desa Banjarsari dengan Desa Semanten, Pacitan. Sementara Jembatan Kendungbendo menghubungkan 3 dusun di Desa Kedungbendo dengan Kota Kecamatan Arjosari.

Keberadaan jembatan gantung sangat membantu masyarakat karena geografis wilayah Indonesia yang memiliki banyak gunung, lembah dan sungai. Secara fisik, kondisi ini terkadang memisahkan lokasi tempat tinggal penduduk dengan berbagai fasilitas pelayanan publik seperti sekolah, pasar, dan kantor pemerintahan.

Jembatan gantung dirancang secara matang, mulai dari pemilihan material hingga penerapan teknologi yang berkualitas. Penggunaan material jembatan gantung seperti baja, kabel, dan baut juga menggunakan produk lokal dalam negeri yang dibuat di Indonesia.

Kehadiran dua jembatan gantung tersebut sudah sangat dinanti masyarakat untuk kembali meningkatkan konektivitas antar-desa di willayah tersebut. Selain menjadi akses penghubung antar-desa, jembatan gantung juga diharapkan menggerakkan ekonomi perdesaan dan menjadi objek wisata desa.