CIREBON (Independensi.com) – Kunjungan Kandidat Gubernur Jabar Ridwan Kami ke makam Sunan Gunung Jati disambut oleh pengunjung lain yang berjiarah dan para juru kunci. Darmin, salah seorang juru kunci berharap Ridwan Kamil menjadi pemimpin yang adil, tidak korupsi, dan mencintai rakyatnya.
“Kami berdoa untuk Pak Ridwan Kamil agar bisa menjadi pemimpin Jabar. kalau sudah jadi, penuhi janji-janjinya. Jangan seperti pemimpin yang sudah- sudah yang sering melupakan janjinya.
Tapi saya lihat Kang Emil orangnya baik dan Insya Allah adil,” kata Tala, 63 tahun, kolega Darmin juru kunci makam itu, di lokasi pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon (6/3/2018).
Kholil, juru kunci lainnya mengungkapkan, bahwa pengelola makam itu ada 125 orang. Mereka bertugas 15 orang setiap 1/2 bulan sekali. “Kami tak digaji, hanya dapt upah dari sedekah para penjiarah,” ujarnya.
Untuk pemeliharaan situs, kesultanan Cirebon, kata Kholil, yang sering memberi bantuan. Untuk itu, dia berharap Ridwan Kamil dapat memperhatikan makam Sunan Gunung Jati kalau terpilih sebagai Gubernur nanti.
Menanggapi hal itu, Ridwan Kamil berkomitmen akan memberikan dukungan ke situs bersejarah ini jika kelak dia terpilih sebagai gubernur.
Menurut dia, kita harus jas merah, jangan sekali- kali melupakan sejarah. Karena ini bagian dari sejarah bangsa kita, tentu pemerintah wajib memelihara situs yang istimewa ini.
“Saya pribadi berkomitmen, sudah saatnya ada dukungan dari negara. Misalnya memberikan anggaran operasional tahunan untuk memastikan situs ini terpelihara dengan baik,” ujar Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil.
Menurut dia, di lokasi makam Sunan Gunung Jati inu ada guci-guci purba dari Tiongkok, karena salah satu istri Sunan berasal dari negeri Tiongkok. “Di sini bertebaran artefak-artefak sejarah yang sangat luar biasa, dengan kekuasaan dan kebijakan saya, Insya Allah, situs ini harus terperlihara dengan maksimal,” ujarnya.
Tak hanya itu, Kang Emil sendiri sangat mengagumi tokok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang hanya dalam tempo 50 tahun bisa meng-Islam- kan tanah Jawa. Padahal sebelumnya para penyebar Islam mengalami kesulitan sekitar 500 tahun. Ini artinya cara dakwahnya mudah diterima oleh kultur budaya Sunda dan Jawa. Karena dia berdakwah dengan cara yang mudah diterima oleh masyarakat Jabar.
“Pesannya pada kepemimpinan kita berkomunikasilah dengan cara- cara yang mudah difahami. Berdakwahlah dengan cara- cara yang santun agar hasilnya baik, seperti yang dilakukan Sunan Gunung Jati,” kata Kang Emil yang datang ke sana untuk mendoakan leluhurnya.
Rupanya Kang Emil punya jejak sejarah bahwa dia masih ada turunan kesekian dengan Sunan Gunung Jati. Dia mengetahui hal itu saat usianya 45 tahun.
Dia bercerita, Sunan Gunung Jati punya istri dari Banten Nyi Mas Kawung Banten. Punya anak Maulana Hasanuddin, Maulana punya anak Ratu Biru. Ratu Biru punya anak Syekh Rahmatullah, orang Banten yang menyebarkan agama ke Garut. “Syekh Rahmatullah turun ke Kakek saya, KH. Muhyidin, lalu ke ayah saya, kemudian saya. Ini perjumpaan pertama kepada sejarah hidup saya yang sekian persennya datang dari sini,” ungkap Kang Emil.
Pada blusukan ke Cirebon hari ini, Kang Emil mengawalinya dengan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati, lalu berkunjung ke pasar Jagasatru, meresmikan rumah pemenangan dan memenuhi undangan dari beberapa tokoh pesantren di Cirebon. (Putra Fernando)