BOGOR (Independensi.com) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyiapkan 20 juta hektare lahan kering dan rawa sebagai solusi permanen mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional di Indonesia.
Lahan tersebut diyakini memiliki potensi strategis untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif sebagai sumber pertumbuhan baru produksi pertanian.
Mentan Amran optimistis, optimalisasi sumberdaya lahan kering dan rawa menjadi lahan pertanian merupakan kunci strategi dalam meningkatkan produksi pertanian guna pemenuhan pangan penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta, serta terus meningkat setiap tahunnya.
“Kita meletakan pondasi dari sekarang, kita siapkan untuk generasi kita ke depan, bahkan kita masih mampu menghidupi penduduk Indonesia yang nantinya bisa mencapai 500 juta hingga 1 miliar,” ungkap Amran dalam rapat Rapat Koordinasi Litbang Pertanian terkait Pengembangan Lahan Kering dan Rawa di Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSLP) Bogor, dalam keterangan persnya diterima Independensi.com, Selasa (17/4/2018).
Bahkan strategi pemanfaatan lahan suboptimal dianggap mampu mendukung program pengentasan kemiskinan yang menjadi program prioritas pemerintahan Jokowi – JK saat ini. “Yang bisa menyelesaikan kemiskinan Indonesia adalah pertanian, optimalisasi 20 juta hektare lahan rawa dan lahan kering juga akan berdampak kepada peningkatan pendapatan petani,” papar Amran.
Peningkatan produksi pangan nasional selama ini masih bertumpu pada lahan sawah irigasi, sedangkan lahan suboptimal seperti lahan rawa dan kering belum termanfaatkan secara maksimal.
Untuk itu Amran menugaskan kepada para peneliti di Litbang Pertanian agar dalam waktu satu minggu ini membuat peta jalan optimalisasi lahan kering dan rawa sebagai acuan bersama dalam pengelolaan lahan tersebut di Indonesia.
Upaya mengoptimalkan potensi lahan kering dan rawa memerlukan inovasi tekhnologi yang spesifik, dengan memanfaatkan keunggulan komparatif suatu wilayah dan manajemen air yang tepat.
Amran optimistis target capaian produksi komoditas pangan strategis akan terwujud. Lahan kering itu kekurangan air sedangkan lahan rawa kelebihan air.
Mentan juga yakin dengan pengelolaan air yang tepat maka lahan kering dan rawa yang selama ini “tidur” akan bangkit menjadi lahan produktif.
Sebagai contoh yang mengembirakan dari Petani Desa Gunung Raja, Kabupaten Tanah Laut dengan menerapkan pola tanam “zig zag” diikuti dengan penggunaan pupuk fosfat alam serta teknologi yang tepat petani jagung di wilayah tersebut mampu memproduksi 20 ton jagung perhektare atau setara tiga kali lipat hasil rata–rata petani.
Cara itu juga diikuti di berbagai wilayah lainnya seperti Lampung dan Kalimantan Tengah.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BBSLP, Dedi Nursyamsi menambahkan total lahan rawa pasang surut yang berpotensi menjadi lahan pertanian adalah 3,5 juta hektare, sedangkan lahan rawa lebak sebesar 15 juta hektare, serta untuk lahan kering yang berpotensi untuk menjadi lahan produktif 24 juta hektare.
Lahan tersebut tersebar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan dan Lampung.
“Peningkatan produksi difokuskan untuk komoditas strategis pemasok pangan seperti padi, jagung dan kedelei, juga komoditas penstabil inflasi hingga komoditas berorientasi ekspor seperti lada dan cengkeh,” ujar Dedi.