JAKARTA (IndependensI.com) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram ketika dirinya kerap dituding antek asing. Namun, kekesalannya itu dijawab dengan prestasi, salah satunya dalam akuisisi saham PT Freeport Indonesia.
“3,5 tahun negosiasi dipikir nggak ada tekanan?, dipikir 3,5 tahun memperebutkan ini mudah? Nggak ada diteken dari atas bawah kanan kiri? Kalau nggak ada tekanan, dari dulu sudah kita dapatkan. Alotnya negosiasi, tapi saya sampaikan ke menteri saya maunya mayoritas terserah berapa tapi mayoritas, ” ujarnya saat deklarasi Relawan Pengusaha Muda Nasional di Hotel Fairmont, Jakarta, Sabtu (3/11/2018).
Mantan Gubernur DKI ini juga menepis tuduhan tersebut dengan pengambilalihan Blok Rokan dan Blok Mahakam. Kedua blok kilang minyak itu kini dimiliki BUMN, yakni PT Pertamina (Persero). “Tadi sudah disampaikan dari Riau bagaimana antek asing? Blok Rokan sudah dipegang Pertamina 100 persen, Blok Mahakam 100 persen dipegang Jepang dan Prancis, sudah 3 tahun lalu kita serahkan ke Pertamina, 100 persen,” tegasnya.
Sebelumnya, pada Selasa (30/10/2018) Jokowi juga menyampaikan hal yang mirip. Ia tampak geram terkait isu antek asing yang sering dilempar ke pihaknya. Isu-isu ini, kata dia, sering berseliweran di media sosial dan terbaca olehnya setiap hari.
“Saya itu kalau dari istana menuju ke Bogor punya waktu satu jam, Bogor ke Jakarta punya waktu satu jam. Saya buka-buka berita, saya buka-buka media sosial, jadi saya ngerti, tahu yang menjadi isu-isu. Kemudian isu lagi, antek asing, antek aseng,” kata Jokowi dalam sambutannya di acara pembukaan kongres XX Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) di Kemayoran, Selasa (30/10/2018).
Untuk membuktikan bahwa dirinya bukan antek aseng, Jokowi pun kembali menyebut beberapa aset tambang yang kini sudah kembali ke tangan Indonesia setelah puluhan tahun dikuasai oleh asing. Seperti blok Mahakam, blok Rokan, dan Freeport yang peralihannya terjadi pada tahun ini.
“Blok Mahakam yang dulu dikelola Perancis dan Jepang, sudah 100% saya serahkan ke Pertamina sejak 2015. Blok Rokan, Chevron, sudah 100% dimenangkan Pertamina, dan Freeport yang 40 tahun kita diberi 9,3% kita nego,” jelasnya.
Untuk Freeport, ia melanjutkan, kini tinggal selangkah lagi karena dokumen-dokumen yang dibutuhkan telah diteken oleh kedua belah pihak September lalu. Baik itu presale agreement, sales and purchases agreement dan lainnya. “Sehingga kita bisa dapat 51%. Ini tidak mudah dapatkannya, baik tekanan politik, tekanan kanan kiri,”imbuhnya.
Ia juga menyinggung soal isu Indonesia yang diserbut TKA China. “Katanya ada 10 juta tenaga kerja dari Tiongkok yang banjiri Indonesia. Mana? Isu-isu seperti ini banyak dipercaya kalau tidak saya terangkan berulang-ulang dipikir sebuah kebenaran,” imbuhnya.
Padahal, kata dia, tenaga kerja asing yang ada di Indonesia paling banyak 80 ribu orang semuanya, tak sampai satu persen. Pekerja dari Tiongkok hanya 24 ribu, tenaga kerja Indonesia yang di Tiongkok malah 80 ribu lebih. “Di sana malah antek Indonesiak kalau ngomongnya antek-antekan. Jangan seperti itu, negara lain juga terima tenaga kerja asing untuk perbaiki SDM di negaranya,” ucapnya.