JAKARTA (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian saat ini menjalankan program strategis optimalisasi lahan rawa untuk pertanian. Program ini merupakan terobosan kepemimpinan Andi Amran Sulaiman untuk mengatasi penyusutan lahan baku sawah.
“Lahan rawa memiliki potensi yang begitu besar. Tentunya pengembangan lahan rawa tergantung bagaimana kita mengelolanya. Dulu pulau Jawa juga mayoritas lahannya rawa. Harus menunggu ratusan tahun baru bisa produktif. Sekarang kita punya teknologi sehingga tidak butuh waktu selama itu untuk manfaatkan lahan rawa.” Demikian disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Pending Dadih Permana, dalam keterangan pers, Senin (26/11).
Berdasarkan data dari Pusdata Daerah Rawa dan Pasang Surut, Indonesia memiliki potensi lahan rawa 33,4 juta ha yang terdiri dari lahan pasang surut 20,1 juta hektar dan rawa lebak 13,3 juta hektar. Dari jumlah tersebut, seluas 9,3 juta ha diperkirakan sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya pertanian.
Upaya pemanfaatan lahan rawa dengan pola optimasi lahan telah mulai dirintis sejak tahun 2016. Pada tahun 2016, Kementan telah melaksanakan kegiatan optimasi lahan rawa seluas 3.999 hektare, kemudian tahun 2017 seluas 3.529 hektare, dan pada tahun 2018 hingga 5 November kemarin, telah terealisasi seluas 16.400 hektare.
“Pada tahun 2019, direncanakan kami akan mengembangkan lahan rawa seluas 500 ribu ha yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi,” jelas Pending.
Untuk mendukung pengembangan lahan rawa, Kementan meluncurkan program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (SERASI) untuk mendukung kelembagaan petani lahan rawa. Penguatan kelembagaan petani dilakukan dengan mengkorporasikan koperasi. Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam sambutannya saat launching program SERASI, minggu lalu (21/11), menyampaikan ratusan ribuan hektar rawa yang tersebar di enam provinsi akan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif.
“Generasi kita ke depan, tidak usah ragu, kita sudah menemukan solusi baru untuk pangan Indonesia. Pemanfaatan lahan rawa dilakukan secara berkelanjutan untuk menghasilkan komoditas pangan strategis terutama beras. Kementan telah menyusun berbagai regulasi pendukung agar lahan rawa tetap sebagai lahan pertanian produktif”, ungkap Mentan.
Klaster Lahan Rawa untuk Tingkatkan Daya Saing Petani
Langkah Kementan memanfaatkan lahan rawa mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan optimalisasi rawa sebagai kebijakan yang cerdas dan strategis.
”Ini langkah besar untuk bangsa Indonesia, sekaligus menjawab pesatnya pertumbuhan penduduk dan penurunan lahan pertanian karena opportunity cost yang berubah. Kami salah, jika tidak meneruskan dan meningkatkan program ini,” tegas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat mewakili Presiden Joko Widodo pada Puncak Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 38 Tahun 2018, di Desa Jejangkit Muara Kecamatan Jejangkit Kab. Barito Kuala (Batola) Kalimantan Selatan, Oktober lalu.
Darmin menekankan pentingnya pembentukan klaster dalam kelembagaan petani untuk menjaga aspek berkelanjutan pembangunan di sektor pertanian. Ia menyontohkan ada 4.000 hektar lahan pertanian rawa yang akan dikembangkan di Jejangkit ini. “Maka akan sangat baik jika dibuat klaster per 100 hektare,” ungkap Darmin.
Menurutnya, jika berkelompok, petani bisa merancang pertaniannya untuk lebih berdaya saing dan bertanggung jawab. Baik saat pengolahan lahan, pemilihan benih, preferensi komoditas, menanam, pasca panen hingga pemasaran. “Pemanfaatan lahan rawa bukan hanya produktif, tapi harus berkelanjutan,” jelasnya.
Di kesempatan lain, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengagumi berbagai terobosan yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam mewujudkan kedaulatan pangan,. Salah satunya adalah pememanfaatkan lahan rawa lebak dan pasang surut yang dijadikan lahan pertanian produktif guna meningkatkan produktivitas pertanian nasional.
Politisi Partai Golkar tersebut menegaskan bahwa persoalan pangan tidak bisa disepelekan. “Pasalnya, seiring dengan besarnya pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia dan pemenuhan kebutuhan pangan kerap menjadi masalah karena ketersediaan pangan yang belum mencukupi”, kata Bambang Soesatyo.
Menurutnya, peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) lalu, yang memperlihatkan pertanian maju di lahan rawa harus dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan masyarakat dalam mengatasi masalah kekurangan pangan dan gizi, sekaligus untuk mendorong terciptanya sistem pangan global yang efektif.
Ketua DPR ini optimis optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang surut yang dijadikan lahan pertanian oleh Kementerian Pertanian akan berhasil. Program ini akan bisa menopang stok beras nasional dan menjadikan sentra baru pertanian tanaman pangan selain di Pulau Jawa.
Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (Food and Agriculture Organization of The United Nations) di Indonesia Stephen Rudgard juga menyampaikan penghargaan dan apresiasinya yang tulus atas kerja hebat Menteri Pertanian dalam melakukan berbagai terobosan untuk menjadikan Indonesia berdaulat pangan. Rudgard mengatakan, optimalisasi lahan rawa menjadi upaya yang cukup besar untuk menghadapi tantangan pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya urbanisasi dan perubahan permintaan konsumen.
“Peningkatan produktivitas melalui pemanfaatan lahan rawa sangat penting untuk memberikan makan populasi yang terus berkembang. Namun, lebih penting lagi untuk memiliki pendekatan pertanian yang berkelanjutan dalam berbagai intervensi pertanian,” jelas Rudgard.(adv/wasita)
Nice posts! 🙂
___
Sanny