JAKARTA (IndependensI.com) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memperbaharui data korban jiwa tsunami Selat Sunda. Hingga saat ini jumlah korban terus bertambah menyentuh angka 373 korban meninggal dunia dan 1.459 luka-luka.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, penyebab utama banyaknya korban jiwa karena tak ada peringatan dini tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam.
“Tidak adanya peringatan dini tsunami juga menyebabkan jatuh korban yang cukup banyak karena masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk evakuasi,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/12/2018).
Selain ratusan jenazah, dampak tsunami Selat Sunda ini juga memorak porandakan wilayah Banten dan Lampung. Hempasan gelombang tsunami menyebabkan ratusan bangunan rusak hingga kapal dan perahu nelayan ringsek.
“Kerugian fisik akibat tsunami meliputi 681 unit rumah rusak, 69 unit hotel dan villa rusak, 420 unit perahu dan kapal rusak, 60 unit warung dan toko rusak, dan puluhan kendaraan rusak,” tutur Sutopo.
Dia melanjutkan wilayah di Banten yang terdampak tsunami meliputi dua kabupaten yakni Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Jumlah korban dan daerah yang terdampak paling parah di daerah pesisir Pandeglang.
“Di daerah ini merupakan kawasan wisata pantai dengan fasilitas hotel dan vila yang banyak berderet di sepanjang pantai. Apalagi saat kejadian tsunami saat libur panjang sehingga banyak wisatawan menginap di hotel dan penginapan. Tidak adanya peringatan dini tsunami juga menyebabkan jatuh korban yang cukup banyak karena masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk evakuasi,” tutur Sutopo.
Sutopo mengatakan proses evakuasi terus digencarkan terutama pencarian korban dan penanganan korban luka. Perbaikan sarana dan prasaran juga dilakukan, terlebih ada 125 unit gardu masih padam.
“Perbaikan yang dilakukan kemarin tidak optimal karena adanya isu tsunami susulan. Sebanyak 187 personel dan alat berat dikerahkan untuk memulihkan jaringan PLN yang rusak,” katanya.