JAKARTA (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) membuat model Pasar Unggas BERSAMA (Bersih, Sehat, Aman) di wilayah Jabodetabek. Hal tersebut disampaikan oleh Arif Wicaksono Kepala Subdirektorat Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan (P3H) Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian pada hari ini Selasa (26/02).
Pasar yang keadaannya becek, bau dan kotor pastinya sangat mengganggu kenyamanan. Demikian juga dengan pasar yang tidak bersih juga dapat mengganggu kesehatan. Tetapi jangan khawatir, karena kini telah banyak usaha yang dilakukan untuk menjamin kebersihan pasar demi kesehatan dan kenyamanan kita. Salah satunya adalah program “Pasar Unggas BERSAMA: Bersih, Sehat, Aman” yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Emergency Center for Transboundary Animal Diseases, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO ECTAD) di Indonesia.
Program Pasar Unggas BERSAMA di Jabodetabek telah dilaksanakan selama 5 bulan sejak bulan Agustus hingga Desember 2018. “Kita berharap pasar Bersama menjadi pasar yang sehat dan bebas Penyakit Avian Influenza”, ungkap Kepala Subdirektorat Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan (P3H) Kementerian Pertanian,drh. Arif Wicaksono.
Pilot Project Pasar dan RPU Binaan Kementan dan FAO ECTAD dilakukan di tiga lokasi pasar dan dua RPHU. Untuk Pasar BERSAMA terdapat dua pasar yang hanya menjual karkas dan satu pasar selain menjual karkas juga unggas hidup, serta 2 rumah potong hewan dan unggas (RPHU) yaitu RPHU Rorotan RPHU PD. Risma Jaya Kabupaten Tangerang.
Sebelumnya Kementan dan FAO telah mengadakan pertemuan evaluasi kegiatan percontohan intervensi biosekuriti di rantai pasar unggas di wilayah Jabodetabek pada tanggal 21 Februari 2019. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Kemenkes, Kemendag, Dinas yang membidangi fungsi Peternakan, Dinas Kesehatan, pengelola pasar dan pengelola RPHU se-Jabodetabek.
Dari hasil pertemuan tersebut disimpulkan bahwa lalu lintas unggas yang sangat tinggi di wilayah Jabodetabek menimbulkan risiko penularan penyakit, salah satunya penyakit Avian Influenza (AI) atau yang lebih dikenal dengan nama flu burung.
“Untuk memutus rantai penyebaran virus AI pada rantai pasar unggas, maka dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan dari pelaku usaha dalam melakukan pembersihan dan desinfeksi di pasar”, ungkap Arif Wicaksono. “Kita berharap program pasar Unggas BERSAMA ini menjadi model untuk pasar lain di Indonesia”, ucapnya.
Ia jelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertanian mendukung program yang membawa dampak positif bagi pencegahan penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia ini.
Pada pertemuan tersebut juga dibahas mengenai capaian dan tantangan dari program pembinaan percontohan pada Pasar Cariu di Kabupaten Bogor, Pasar Kemis di Kabupaten Tangerang, Pasar Senen di Jakarta Pusat, RPHU Risma Jaya di Kabupaten Tangerang dan RPHU Rorotan di Jakarta Utara.
Arif mengatakan, pelaku usaha di pasar dan RPU Binaan diberikan pelatihan dan bantuan alat untuk melakukan pembersihan rutin sesuai standar kesehatan, serta penggunaan disinfektan yang tepat. “Pasar dan RPHU juga dibina untuk menerapkan biosekuriti di pasar yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap infeksi kuman penyakit yang berasal dari produk dan lingkungan di pasar yang sudah tercemar”, ungkapnya.
Lebih lanjut Arif katakan bahwa program ini mendapat sambutan yang sangat baik dari pedagang, petugas dan masyarakat selaku konsumen. “Kita berharap standar ini dapat diadopsi oleh pemerintah-pemerintah daerah dan diterapkan di pasar-pasar seluruh Indonesia”, kata Arif.
Luuk Schoonman, Chief Technical Advisor FAO ECTAD Indonesia mengapresiasi keterlibatan lintas kementerian dan pihak swasta dalam mewujudkan kesehatan dan kebersihan pasar. “Menjaga kebersihan dan kesehatan di pasar adalah tanggung jawab semua pihak. Masyarakat kita memperoleh bahan pangan dari pasar. Jika pasar telah memenuhi standar kebersihan dan kesehatan, maka masyarakat juga akan terhindar dari beragam risiko penyakit berbahaya, khususnya penyakit yang menular dari hewan kepada manusia,” kata Schoonman.
Ia ungkapkan bahwa saat ini, Kementerian Kesehatan juga aktif mempromosikan Pasar Sehat, sementara Kementerian Perdagangan berusaha mewujudkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Pasar Rakyat. “Kami berharap seluruh Kementerian dan Lembaga terkait dapat bersinergi untuk mewujudkan pangan yang aman bagi masyarakat”, pungkasnya.