SAMOSIR (IndependensI.com) – Untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba, Sumatera Utara, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun sejumlah infrastruktur pendukung. Selain penataan kawasan dan pembangunan jalan, juga telah diselesaikan pembangunan lima buah embung di Pulau Samosir untuk menambah pasokan air baku.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan penyediaan sarana dan prasarana air bertujuan untuk ketahanan air dan kedaulatan pangan. Salah satunya pembangunan embung dengan kapasitas tampung antara 1.000 hingga 500.000 m3 dan kedalaman dibawah 15 meter.
“Di beberapa daerah masih terdapat masyarakat yang masih kesulitan memperoleh air bersih. Realitas seperti ini menjadi perhatian Kementerian PUPR agar selalu berupaya menyediakan infrastruktur salah satunya melalui pembangunan embung” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.
Tahun 2018 jumlah embung yang dibangun Kementerian PUPR melalui Ditjen Sumber Daya Air sebanyak 103 embung. Dengan tambahan jumlah embung tersebut, maka selama empat tahun (2015 – 2018), jumlah embung yang dibangun 949 buah. Tahun 2019 akan dibangun 104 embung, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sehingga total terbangun hingga 2019 sejumlah 1.053 embung.
Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko mengatakan, seiring dengan pertumbuhan pembangunan yang terjadi di kawasan Danau Toba guna mendukung percepatan pembentukan KSPN, tentunya kebutuhan akan air semakin tinggi. “Pembangunan embung untuk menampung air hujan yang turun sehingga tidak langsung mengalir ke saluran air seperti selokan. Air yang ditampung dapat digunakan untuk kebutuhan pada musim kemarau atau irigasi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II Roy Pardede mengatakan, kelima embung itu adalah Embung Aek Natonang, Pea Parsinagaan, Pea Rihit, Pea Roba, dan Hairi Gorat. “Kelima embung semuanya sudah selesai, ada yang tahun 2016, 2017, dan yang terakhir 2018 yaitu Embung Pea Parsinagaan,” ujarnya.
Embung Pea Rihit yang selesai dibangun pada 2017 memiliki kapasitas tampung 35.000 meter kubik, dapat dimanfaatkan untuk mengairi daerah irigasi seluas 200 hektar. Embung Pea Roba memiliki kapasitas tampung 30.000 meter kubik. Embung yang selesai dibangun pada 2017 ini dapat dimanfaatkan untuk mengairi 150 hektar sawah irigasi.
Selanjutnya, Embung Aek Natonang yang selesai dibangun pada 2016. Embung berkapasitas 100.000 meter kubik ini dapat digunakan untuk mengairi 300 hektar sawah irigasi. Selanjutnya Embung Hairi Gorat yang berkapasitas 30.000 meter kubik. Embung yang selesai dibangun pada 2016 ini dapat mengairi sawah irigasi seluas 150 hektar.
Kemudian, Embung Pea Parsinagaan yang dengan kapasitas tampung 45.000 meter kubik dan debit volume tampungan air sebanyak 486,10 m3, dapat dimanfaatkan untuk mengairi 250 hektar lahan irigasi. dengan Pekerjaan pembangunan embung dilengkapi dengan saluran pengelak (intake) dan pembuatan bangunan pelimpah saluran.
Pembangunannya dilakukan sejak April 2018 dan telah selesai pada November 2018 bersumber dari APBN 2018 sebesar Rp. 7,97 miliar oleh kontraktor PT. Siman Eranesia Ardesplan.
Roy menambahkan, saat ini tengah melakukan kegiatan studi investigasi dan desain sebagai upaya untuk menambah embung baru di Samosir. Hal itu untuk terus mencukupi kebutuhan air baku perkampungan di daerah pedalaman Pulau Samosir yang juga sangat membutuhkan air.
“Semuanya ada di masterplan kita, rencana pengelolaan SDA Toba Samosir. Ini semua sedang disusun. Dari sana nanti kita tahu seberapa besar kebutuhannya, di mana lokasinya, dan nanti kita susun detail desainnya,” kata Roy.