JAKARTA (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pascapanen, Balitbangtan, berhasil membuat inovasi penanganan umur simpan pada komoditas pertanian hortikultura produk buah maupun komoditas pertanian lainnya. Keberhasilan ini diantaranya membuat teknologi pelapisan (coating) yang menggunakan lilin dan bahan polimer.
Untuk ujicoba lapang sekaligus implementasi berbagai teknologi yang sudah dihasilkan, BB Pascapanen menggandeng mitra kerjasama CV Sumber Buah Sae yang merupakan eksportir buah lokal di Kedawung, Cirebon, Jawa Barat.
“Teknologi pemasakan buah (ripening) serta teknologi lainnya adalah penekanan lalat buah menggunakan hot water treatment, penggunaan ozon untuk pencucian buah maupun teknologi penyimpanan terkontrol (Modified Atmosphere Storage),” ujar Kepala BB Pascapanen, Dr Prayudi Syamsuri, Minggu (4/8).
Meski demikian, Prayudi mengatakan bahwa proses pengembangan inovasi ini masih memiliki masalah, terutama saat melakukan ekspor buah. Kendala tersebut antara lain tingginya biaya transportasi karena menggunakan pesawat serta masih adanya pembatasan ekspor karena isu lalat buah ataupun serangga lain seperti semut dan kutu putih.
Tapi, di samping itu, teknologi umur simpan ini mampu membantu petani dari potensi kerugian yang sangat besar. Dengan teknologi, buah-buahan seperti mangga mampu bertahan lebih lama, yakni hingga 30 hari, manggis akan bertahan sampai 3 minggu, pisang bertahan lebih dari 25 hari dan salak dapat bertahan hingga 4 minggu.
Sementara itu, teknologi ripening yang sudah dihasilkan oleh BB Pascapanen, diharapkan dapat menjawab kebutuhan para eksportir maupun pedagang buah dalam mengatur tingkat kematangan buah yang akan dipasarkan.
Untuk mendukung implementasi teknologi ini, BB Pascapanen juga akan melengkapi line proses penanganan buah segar seperti mesin pencuci buah, meja peniris, ripening chamber dan coldroom untuk ruang penyimpanan.
“Melalui kerjasama ini diharapkan dapat dibangun Model Penanganan Segar Buah Ekspor yang nantinya dapat direplikasi di berbagai lokasi sentra produksi buah-buahan,” katanya.
Ke depan, Prayudi berhara implementasi teknologi ini mampu menggandeng pihak Direktorat Teknis maupun Pemerintah Daerah. Melalui mereka, diharapkan alat ini bisa direplikasi menjadi alat ukur simpan.
“Kami juga mendukung aspek teknologi lainya untuk peningkatan daya saing produk buah Indonesia yang akan meningkatkan potensi ekspor,” katanya.
Hadi, pemilik CV Sumber Buah, mengapresiasi upaya pemerintah dalam mengembangkan dan menciptakan inovasi mesin simpan yang sangat membantu eksportir dalam meyakinkan Negera lain mengimpor buah Indonesia.
“Tentu harapan kami bersama adalah ekspor kita semakin meningkat, dan kualitas buah kita terjaga dengan baik. Kami mendukung inovasi pemerintah,” tukasnya.
Asal tau saja, selama ini umur simpan produk hortikultura yang sangat singkat adalah permasalahan yang sulit terselesaikan. Sebab, umur simpan produk hortikultura buah-buahan seperti klimakterik hanya berkisar 5-10 hari. Karena singkatnya umur simpan tersebut, maka tingkat kehilangan hasil atau losses juga sangat tinggi.
Tidak mengherankan jika data tingkat losses buah Indonesi lebih dari 30 persen terjadi karena penanganan pascapannen yang kurang tepat, sedangkan sebagian besar lainnya disebabkan oleh hama atau penyakit yang sudah menyerang buah sejak di pertanaman.(***)