BOGOR (IndependensI.com) – Kemenko Bidang Kemaritiman melalui Biro Hukum mengadakan Pembahasan Tindak Lanjut Youth Innovation Competition on Global Governance (YICGG) pada Rabu, 14 Agustus 2019 di Bogor, Jawa Barat. Menurut Kepala Biro Hukum, Budi Purwanto, Pertemuan Internasional tersebut merupakan pertemuan yang cukup bergengsi bagi para pemuda dari seluruh dunia. Budi menambahkan bahwa tahun ini, pertemuan di adakan di Indonesia yang diikuti oleh perwakilan mahasiswa dari 39 negara belahan dunia yang diwakili oleh 79 orang mahasiswa.
“Pada hari ini kita bertemu untuk bisa menindaklanjuti hasil pertemuan YICGG. Kami berterimakasih kepada Universitas Indonesia yang sudah bisa memberikan satu prestasi yang luar biasa kepada bangsa. Bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah yg baik dan bertindak sebagai leader didalam pertemuan internasional” ucap Budi Purwanto, membuka Rapat Pembahasan Tindak Lanjut YICGG. Budi juga mengatakan bahwa pihaknya telah lama menginginkan bekerjasama dengan para cendikiawan karena adanya keterbatasan keilmuan di pihak birokrasi.
“Kegiatan kemarin (YICGG) sudah kami laporkan ke Pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman) melalui Pak Sesmenko (Sekretaris Kementerian Koordinator), saya nanti akan menyampaikan hasil pertemuan ini agar bisa ditindaklanjuti” tambah Budi. Budi mengharapkan Perguruan Tinggi dapat bergandeng tangan dengan Pemerintah untuk meningkatkan kolaborasi di masa depan.
Terkait hal tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Arie Setiabudi Soesilo, menyambut baik keinginan untuk kembali berkolaborasi dimasa depan. Pihaknya akan merasa senang bila mendapatkan pendampingan dari institusi yang bergerak langsung dibidang terkait.
“Kalo kita kan bahasnya lebih ke perspektif akademis, tapi kita sering kali punya keterbatasan dalam hal implementasinya. Tanpa didampingi institusi yang memang berkecimpung langsung, itu akan sulit”. Ucap Dekan Arie.
Mengenai keputusan untuk mengadakan YICGG, Dekan Arie mengatakan timnya memberanikan diri menerima tawaran kerjasama tersebut dari Fudan University.
“Forum ini forum besar yang melibatkan banyak anak muda dari seluruh dunia” imbuhnya.Dekan Arie juga menambahkan bahwa,
“Ini program yang bagus sekali. Memanfaatkan networking yang dibangun oleh Fudan University di Shanghai. Kita lihat kalau Fudan sudah mampu membangun jaringan yang sedemikian luas diseluruh dunia, dan kemarin menawarkan kepada kita di Universitas Indonesia untuk menjadi partner penyelenggaraan” jelas Dekan Arie.
Berdasarkan materi paparan yang disampaikan oleh Ketua Tim Pelaksana YICGG, Evi Fitriani, Kompetisi tersebut merupakan wadah bagi para mahasiswa dari berbagai Negara untuk saling bertukar pikiran mengenai global governance dan pencapaian solusi berbagai permasalahan global.
Solusi Isu Lingkungan dari Mahasiswa Dunia
Menurut Evi, Tema YICGG tahun ini sangat berkaitan dengan Kemenko Bidang Kemaritiman.
“Tema yang dipilih kebetulan memang yang berhubungan dengan river, ocean and lake. Jadi bagaimana mengkonservasi air untuk pembanguann yang berkelanjutan” papar Evi. Pernyataan Evi tersebut sesuai dengan ucapan Dekan Arie yang mengatakan,
“Kita brainstorming dengan teman teman di lingkungan UI, kita pilih isu yang terkait bidang kemaritiman yang memang sekarang sedang menjadi isu yang utama sekali, tidak hanay di Indonesia tapi juga di dunia”. Ucap Arie.
Evi menjelaskan bahwa peserta yang dibagi menjadi 10 kelompok ini menemukan tiga penyebab permasalahan lingkungan.
“Sebenarnya ada tiga hal yang mereka soroti. Pertama mengenai masalah lingkungan hidup yang sifatnya lintas negara. Dan itu bukan Cuma masalah Indonesia. Yang kedua adalah rendahnya kesadaran publik. Ketiga, kurangnya pendekatan holistik dalam menangani masalah ini” paparnya. Evi menjelaskan bahwa pendekatan holistik yang disoriti oleh para peserta bukan hanya dalam sekala nasional, namun kurangnya kerjasama internasional untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Evi menambahkan, dari tiga hal tersebut para peserta menghasilkan empat rekomendasi yang dapat dijadikan solusi bagi permasalahan lingkungan.
“Yang pertama, peningkatan kesadaran publik. Mungkin relasinya dengan Kemenko Bidang Kemaritiman adalah tentang membersihkan laut” jelas Evi. Terkait hal tersebut, menurut Evi pada proposal rekomendasi yang dihasilkan peserta, langkah konkret yang dapat dilakukan adalah mengkampanyekan kepedulian lingkungan melalui sosial media. Berdasarkan penjelasan dari Evi, menurut para peserta sosial media dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan dan menumbuhkan kesadaran publik.
“Solusi kedua yang ditawarkan adalah pemberdayaan warga, sebagai contoh warga di pesisir. Yang mereka sorati juga adalah kewirausahaan sosial. Jadi bagaiaman membuat network sosial dalam masayarakat, itu bisa membantu penanggulangan isu isu seperti ini” ucap Evi. Dirinya menjelaskan bahwa pemberdayaan warga menurut para peserta dapat melalui crowd funding dengan mengumpulkan dana sosial untuk mendukung kelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan.
“Solusi ketiga mungkin yang paling relevan dengan kemenko maritim, yaitu bagaiaman komitmen pemerintah. Nah itu ada proposal mereka, pertama mereka lihat. Insentif fiskal. Bagiaman bisnis bisinis yang bergerak di bidang sustainable maritime itu mendapatkan insentif fiskal” papar Evi. Evi melanjutkan bahwa solusi keempat yang diusulkan peserta adalah diperlukan komitmen pemerintah dunia untuk bekerjasama dalam menangani isu lingkungan agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan secara holistik.
“Kita bekerjasama dan sama-sama bekerja untuk mengerjakan satu hubungan kerja, kerjasama dibidang internasional” jelas Kepala Biro Hukum, Budi Purwanto.
“Terimakasih kepada pihak UI dan Bapak Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bapak Sesmenko dan semua Pejabat dan staf di Jajaran Kemennko Kemaritiman dan pihak pihak lain yang terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas peran dukungan secara aktif sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar” ucap Budi menutup pertemuan. (Chs)