PAPUA (IndependensI.com) – Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) Kementerian Pertanian yang dicanangkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada Oktober 2016 silam telah menuai hasil dengan banyaknya daerah di Indonesia yang melakukan panen pedet (anak sapi) yang hasilnya luar biasa. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan, I Ketut Diarmita saat menghadiri Acara Gebyar Upsus Siwab dan Panen Pedet Provinsi Papua pada hari Selasa, (20/8) yang juga dihadiri oleh Bupati Keerom, para pelaku usaha peternakan, dan perwakilan pengurus Kelompok Ternak.
Ketut menuturkan realisasi pelaksanaan UPSUS SIWAB tahun 2018 sangat menggembirakan, hal ini terlihat dari capaian Inseminasi Buatan (IB) nasional sebanyak 3.987.661 ekor atau 132.92% dari target 3 juta ekor. Kemudian, capaian kebuntingan nasional sebanyak 12.051.108 ekor atau 97.67% dari target 2.1 juta ekor serta kelahiran sebanyak 1.832.767 ekor atau 109.09% dari target 1,68 juta ekor.
“Untuk tahun 2019, realisasi sampai dengan tanggal 15 Agustus 2019, menunjukkan capaian layanan IB nasional 2.323.010 ekor atau 72.26% dari target 3 juta ekor, dan capaian kebuntingan nasional sebanyak 1.372.779 ekor atau 60.55% dari target 2.1 juta ekor serta kelahiran sebanyak 1.237.978 ekor atau 67.68% dari target 1,68 juta ekor,” jelas Ketut yang meyakini bahwa dengan kerja keras dan keikhlasan semua pihak akan mampu menjadikan kinerja Upsus Siwab Nasional sampai dengan akhir tahun dapat tercapai.
Terkait capaian IB Provinsi Papua, Ketut memaparkan bahwa sampai dengan 15 Agustus 2019 ini sudah mencapai 1.365 ekor atau 68.25% dari 2.000 ekor yang ditargetkan, dan kebuntingan dari pelayanan pemeriksaan kebuntingan (PKB) sebanyak 877 ekor atau 62.64% dari target 1.400 ekor serta 878 ekor yang dilaporkan lahir atau 78.39% dari target 1.120 ekor. Untuk Kabupaten Keerom sendiri sampai tanggal 19 Agustus 2019, capaian IB mencapai 525 ekor atau 87,5% dari target 600, kebuntingan 164 ekor atau 39 % dari target 420 ekor, serta kelahiran 198 ekor atau 58 % dari target 336 ekor.
Menurut Ketut, saat ini adalah momentum yang tepat untuk terus membangun seluruh potensi yang dimiliki agar program pembangunan peternakan nasional yang berdampak pada upaya pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan peternak. Dirjen PKH juga memberikan apresiasi kinerja petugas Inseminator, Petugas PKB, dan Dokter Hewan, serta Pelayanan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Upsus Siwab yang merupakan ujung tombak keberhasilan di lapangan. Menurutnya tanpa komitmen yang kuat dari petugas dan dukungan Pemda, program Ditjen PKH, Kementan ini tidak akan berhasil.
Pada kesempatan tersebut, Ketut juga menyampaikan komitmen Kementan untuk memberikan bantuan ternak Babi untuk Kabupaten Nduga dan Paniai, Provinsi Papua sebanyak 330 ekor beserta operasionalnya dengan alokasi anggaran sebesar 9,4 Milyar. Diharapkan bantuan Kementan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di 2 kabupaten penerima bantuan.
Tingkatkan Kuantitas dan Kualitas
Untuk mendukung kegiatan UPSUS SIWAB selain menerapkan teknologi IB untuk penyebaran bibit unggul ternak ke masyarakat secara murah, mudah, dan cepat, pemerintah juga menerapkan teknologi tepat guna lainnya yakni transfer embrio (TE). Pemanfaatkan teknologi transfer embrio untuk memproduksi sapi bibit unggul jenis Belgian Blue yang dikawinsilangkan (crossbreeding) dengan beberapa jenis sapi di Indonesia. Melalui kegiatan transfer embrio, selain untuk peningkatan mutu genetik juga untuk memperkaya genetik ternak yang telah ada.
“Selain untuk mempercepat peningkatan populasi sapi di dalam negeri, Upsus Siwab juga mampu meningkatkan kualitas sumber daya genetik ternak sapi melalui pemanfaatan teknologi reproduksi” terang Ketut.
Menurutnya faktor utama keberhasilan pengembangan ternak juga harus ditunjang dengan pemenuhan hijauan pakan ternak yang berkualitas. Ketut menuturkan bahwa pada tahun 2019, Program Gerakan Pengembangan dan Pemanfaatan Pakan Berkualitas (Gerbang Patas) sudah terealisasi 59.5% atau sebesar 97 Ha, dan untuk pengembangan padang pengembalaan sebesar 100 Ha sudah terealisasi 100%, pemeliharaan padang pengembalaan 472 Ha terealisasi 300 Ha atau setara 50.56%.
Lanjut Ketut menjelaskan bahwa Provinsi Papua merupakan salah satu wilayah dengan potensi pengembangan ternak sapi nasional yang masih sangat besar untuk dapat dikembangkan mengingat potensi pakan yang tersedia sangat banyak.
“Melihat potensi yang dimiliki, papua bisa kembangkan potensi peternakan dengan pakan yang memiliki nutrisi tinggi bagi ternak seperti indigofera dan odot” ujarnya.
Ketut juga berharap agar pelaku peternakan khususnya Pemda Papua untuk terus mendukung kemajuan pembangunan peternakan Indonesia. Kesadaran dan perhatian akan pentingnya penanganan masalah pangan menjadi pendorong untuk mewujudkan Swasembada Daging Sapi tahun 2026 sebagaimana ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo.
Menyambut pernyataan Ketut, Bupati Keerom, Muh. Markum menyampaikan kegiatan Gebyar Siwab dan Panen Pedet di Keerom menunjukkan betapa besarnya potensi pengembangan peternakan di Propinsi Papua khususnya Kabupaten Keerom. Hal ini juga menunjukkan betapa besarnya antusiasme Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Peternakan yang lebih maju dalam mensejahterakan Peternak di masa mendatang.
Pada kesempatan itu, Ketut juga mengunjungi lokasi rencana pembangunan UPT Veteriner di Papua, untuk wilayah Indonesia bagian Timur sebagai solusi agar dapat memperpendek rentang kendali penanganan penyakit hewan sehingga dengan adanya Balai Veteriner di Papua diharapkan respon untuk penangangan penyakit hewan lintas batas / penyakit menular akan lebih cepat apalagi posisi Papua berhadapan langsung dengan Papua New Guenia.(***)