PEKANBARU (Independensi.com) – Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) menyesalkan pernyataan sejumlah tokoh yang tidak memperlihatkan rasa empati terhadap masyarakat Riau yang menderita akibat bencana asap. Tidak saja dipandang dari segi kemanusiaan, secara hirarki pemerintahan-pun, pernyataan mereka tergolong tidak patut. “Penderitaan warga Riau akibat asap ini makin bertambah dengan pernyataan mereka, bahkan terasa menusuk ke hati,” kata Datuk Seri Syahril Abubakar – Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau kepada sejumlah wartawan di Pekanbaru Selasa, (24/9/2019) sore.
Menurut Syahril, mereka berusaha mempermalukan warga Riau secara nasional karena kedudukan mereka di pemerintahan pusat. Contohnya, pernyataan Menko Polhukam Wiranto yang disiarkan media on line terbit Jakarta (18/9). Pada kesempatan itu Wiranto menyebutkan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau, tidak separah seperti pemberitaan diberbagai media. Kendati diliputi kabut asap, aktivitas warga dianggap masih normal, kata Wiranto sebagaimana dimuat di media on line tersebut.
Selain itu pernyataan Kepala Divisi (Kadiv) Hubungan Masyarakat (Humas) Mabes Polri Irjen (Pol) Mohammad Iqbal yang mengatakan kondisi udara di Pekanbaru – Riau, tidak separah seperti dikabarkan dalam berbagai media. Kualitas udara di Riau masih bersih, ujar Iqbal sebagaimana diberitakan media on line terbit Jakarta (20/9/2019). Lebih menyakitkan lagi kata Datuk Seri Syahril Abubakar, pernyataan Idris Laena anggota DPR RI daerah pemilihan Riau yang menyatakan bahwa asap akibat kebakaran lahan dan hutan Riau terlalu dibesar-besarkan.
Walaupun yang bersangkutan telah mengklarifikasi pernyataannya dengan alasan bahwa dia diwawancarai dua bulan lalu, pernyataan Idris Laena itu memperlihatkan ketidak-sensitifan sebagai wakil rakyat Riau. Datuk Seri Syahril Abubakar mengatakan, pihaknya tidak menuntut apa-apa dari mereka sosok-sosok yang membuat pernyataan tidak berempati tersebut, sebab seharusnya mereka mengetahui bagaimana fakta dilapangan. Tapi yang pasti pernyataan mereka itu telah melukai hati warga Riau. Malahan, perasaan tersebut bisa melebar sebagai sikap pemerintahan pusat terhadap rakyat di daerah karena mereka merupakan pejabat di pusat.
Coba bayangkan ujar Datuk Seri Syahril, pada saat bersamaan, selain didera asap, warga Riau bersama berbagai elemen pemerintahan di daerah ditambah TNI dan Polri berjibaku memadamkan api. Bahkan Presiden Datuk Seri Setia Amanah Negara Joko Widodo sudah turun ke Riau untuk ikut serta menangani masalah asap beberapa hari lalu. Sekurang-kurangnya dua pekan cuaca di Pekanbaru tergolong bahaya bahkan sangat bahaya dengan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada sekitar 600-an mengakibatkan para pelajar terpaksa diliburkan serta pekonomian jadi terganggu.
Asap akibat karlahut di Riau tidak bisa dianggap ringan, apalagi kejadiannya setiap tahun. Tidak saja berdampak sekarang, tetapi berakibat buruk pada masa mendatang, karena anak-anak terpaksa menghirup abu yang bisa berdampak buruk bagi paru-paru, kata Datuk Seri Syahril mencontohkan. LAM Riau sendiri telah mengeluarkan warkah kepada Presiden Datuk Seri Setia Amanah Negara Joko Widodo agar mengambil tindakan cepat serta progresif dalam mengatasi bencana asap, ujar Datuk Seri Syahril Abubakar mengahiri. (Maurit Simanungkalit)