JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Perikanan Budidaya lakukan sosialisasi budidaya ikan hias kepada masyarakat umum yang bertemakan aku cinta ikan hias Indonesia di area car freeday (CFD) di Jalan M.H. Thamrin, Minggu (29/9).
“Memasyarakatkan dan mempromosikan ikan hias Indonesia kepada masyarakat menjadi tujuan kegiatan ini karena Indonesia dijuluki sebagai home of hundreds exotic ornamental fish species karena potensi ikan hias yang melimpah”, kata Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat dimintai keterangannya di sela-sela acara.
KKP mencatat di Indonesia, setidaknya ada 4.720 jenis ikan baik tawar maupun laut, dan 650 spesies diantaranya adalah ikan hias. “Potensi ini menjadi nilai strategis bagi Indonesia dalam menggenjot penerimaan negara dari sumber devisa atas ekspor ikan hias”, sambung Slamet.
Tema aku cinta ikan hias Indonesia segaja diambil agar ikan hias Indonesia yang beragam dapat dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan nasional sehingga tidak perlu impor, bahkan bisa meningkatkan ekspor. “Selain dari segi ekonomi, budidayanya dapat mengurangi dampak penyebaran penyakit yang kemungkinan dibawa ikan impor”, tuturnya.
“Disinilah peran milenial, kita ajak budidaya ikan hias karena mereka akan berperan penting dalam kegiatan pembangunan ekonomi untuk mengoptimalkan sumberdaya perikanan budidaya khususnya ikan hias agar dapat dikelola secara optimal dan berkelanjutan”, sebutnya.
Lalu menurutnya, kaum milenial ini adalah sumber entrepreneur serta tenaga kerja di masa datang, sehingga perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi dan memberikan sumbangan yang nyata kepada pembangunan ekonomi nasional.
Ia juga berharap semakin banyak anak muda yang memulai bisnis di sektor budidaya ikan hias supaya semakin banyak pula terobosan baru yang menjadikan sektor ini lebih maju. “Kalau milineal menciptakan lapangan kerja di budidaya ikan hias, ini dapat akan berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan”, ujarnya.
Kemudian kata Slamet, “Kehadiran kaum milineal menjadi ajang sekaligus tantangan bagi sub sektor akuakultur untuk dapat menciptakan transformasi bisnis yang efektif dan efisien melalui pemanfaatan teknologi serta manajemen produksi yang lebih baik”.
Slamet menyebutkan tentunya hal ini tidak terlepas dari tantangan pengembangan budidaya ikan hias yang ada. “Seperti resiko penyebaran penyakit ikan karena aktivitas perdagangan ikan hias yang cukup tinggi, yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas”, lanjutnya.
“Kemudian, penggunaan obat-obatan yang terlarang, tidak terdaftar di KKP yang mengakibatkan resistensi bakteri serta membahayakan bagi lingkungan perairan, lalu belum lagi terkait mutu ikan hias yang dihasilkan”, sebut Slamet.
Sambungnya, di era persaingan global industri 4.0 yang mengedepankan daya saing dan produktivitas tentunya menjadi ajang baru sekaligus tantanan bagi industri budidaya ikan hias nasional.
“KKP dalam mendorong industri ikan hias telah mendorong penyediaan induk unggul, mengembangkan pemuliaan jenis-jenis ikan yang baru dan domestikasi ikan hias yang potensial, kemudian penyediaan layanan pengendalian hama dan penyakit”, tuturnya.
Disamping itu, KKP terus melakukan pelestarian habitat asli ikan-ikan lokal yang berpotensi menjadi ikan hias, kemudian mengendalikan spesies introduksi serta pengembangan teknologi yang applicable di masyarakat.
“Industri ikan hias yang didukung para milenial ini diharapkan mampu menjadi leading sektor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai ekspor”, tutup Slamet.
Untuk diketahui, ada kurun waktu tahun 2015 hingga 2018 produksi ikan hias mengalami peningkatan rata-rata sebesar 13,17% per tahun. Komoditas yang meningkat cukup signifikan yaitu Guppy (82,5%), Koki (61,7%), Corydoras (38,6%), Cupang (16,4%) dan Koi (8,9%).