YOGYAKARTA – Perang masa depan yang cenderung bersifat proxy dan hybrid akan memanfaatkan segala isu baik ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya dan pertahanan keamanan. Perang masa depan akan melibatkan non state actor sehingga tidak jelas siapa kawan dan siapa lawan.
Komandan Kodim 0734/Yogyakarta Kolonel Arh Zaenudin, S.H., M. Hum mengatakan, bangsa Indonesia sungguh beruntung karena Para founding fathers bangsa telah mewariskan empat pilar bangsa yaitu Pancasila, undang-undang dasar 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Eka yang terbukti mampu menjadi landasan berpijak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Bangsa yang dibangun dengan pengorbanan harta benda bahkan nyawa tidak akan dapat dihancurkan oleh siapapun juga,” demikian disampaikan Komandan Kodim 0734/Yogyakarta Kolonel Arh Zaenudin, S.H., M. Hum, saat membuka kegiatan komunikasi sosial dengan komponen masyarakat Jogjakarta dalam jam Pembinaan Teritorial (Binter) Terpadu Kodim 0734/Yka TA. 2019 di Aula Graha As-Sakinas SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Jl. Gotong Royong No.II, Karangwaru, Kec. Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selasa (12/11/2019).
Dia melanjutkan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima. Sebab, bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, budaya maupun golongan. Oleh sebab itu, ancaman perpecahan atau disintegrasi dan konflik yang diakibatkan oleh Perbedaan suku agama maupun golongan merupakan hal yang harus kita waspadai bersama, karena benturan peradaban akan menjadi ancaman bangsa kita kedepan.
“Komunikasi sosial dengan komponen masyarakat Yogyakarta kali ini mengusung tema Bersatu Dalam Perbedaan, Berbudaya Mengawal NKRI yang untuk memperdayakan wilayah pertahanan guna mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh,” ujarnya lagi.
Dandim mengatakan, acara Komsos ini sebagai ajang silaturahmi antara Kodim 0734/Yka dengan elemen masyarakat khususnya di Kota Yogyakarta. Komsos ini merupakan sarana yang efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebersamaan guna membangun komunikasi yang dialogis yang terjadi diantara kita, saling memberi informasi sehingga sumbatan-sumbatan komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah bisa terurai.
Semangat toleransi serta persatuan dan kesatuan/gotong royong juga menjadi salah satu topik bahasan pada komsos kali ini. Diungkapkan bahwa perubahan sikap perilaku dan lunturnya etika merupakan salah satu dampak disrupsi tekhnologi yang juga dibarengi dengan intervensi budaya- budaya asing.
“sebagai kota pelajar, kota budaya dan kota istimewa, Yogyakarta merupakan miniatur Indonesia, yang didalamnya terdapat beragam suku, golongan, agama, adat dan budaya. Selama ini yogya menjadi salah satu barometer nasional dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
oleh karena itu mari kita ciptakan Jogja yang adem, ayem, tentrem dan kertoraharjo serta berhati nyaman, jangan pernah di rusak oleh siapapun” Pungkas Mantan Kapendam IV/Dip ini.
Kegiatan ini juga diisi juga dengan diskusi, tanya jawab dan penyampaian informasi dari berbagai elemen. Dihadiri oleh Walikota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, Kasi Intel Kejari kota Yogyakarta, Kasat Binmas Polresta Yogyakarta mewakili Kapolresta Yogyakarta, BNN Kota Yogyakarta, MUI Kota Yogyakarta, Rektor/Perwakilan Universitas Se Yogyakarta, Ketua dan Perwakilan Asrama Mahasiswa Daerah se-Kota Yogyakarta, Ketua dan Perwakilan Ormas-ormas se-kota Yogyakarta.