PONTIANAK (Independensi.com) – Obat bernama chloroquine (klorokuin) yang sudah diproduksi massal Kimia Farma, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak tahun 1970 untuk obat malaria, hilang di pasaran setelah diumumkan Pemerintah Republik Indonesia, digunakan untuk obat Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Presiden Indonesia, Joko Widodo, telah menetapkan darurat penanggulangan Covid-19 sejak 29 Februari 2020 dan diperpanjang sampai 29 Mei 2020
Pemantauan di Pontianak, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, di semua apotek, Sabtu pagi, 21 Maret 2020, stok obat chloroquine sudah habis sejak tiga hari silam.
Sunarti (32 tahun), karyawati Apotek Kimia Farma di Jalan M. Yamin, Pontianak Selatan, mengatakan, kalaupun ada stok, maka pembeliannya harus berdasarkan resep dokter.
Menurut Sunarti, minum chloroquine, tidak boleh sembarangan, sehingga harus berdasarkan resep dokter.
Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman di Jakarta, Jumat, 20 Maret 2020, menjelaskan, Kimia Farma telah menyiapkan tiga juta chloroquine untuk pengobatan pasien positif Covid-19.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo memastikan Kimia Farma, terus meningkatkan produksi sampai 3 juta biji chloroquine khusus bagi pasien yang positif menderita Covid-19.
Selain chloroquine, ada juga Avigan obat untuk pasien positif Covid-19 yang diimpor dari negara lain.
Saat ini sudah ada 5.000 Avigan yang sudah didatangkan dari luar negeri ke Tanah Air. Sementara dua juta Avigan masih dalam proses pemesanan.
Dua obat ini dinilai ampuh menyembuhkan pasien positif virus corona. Kedua jenis obat tersebut telah melalui hasil riset dan pengalaman beberapa negara.
Untuk mengembangkan vaksin dan perawatan potensial terhadap pengobatan Covid-19, para peneliti di seluruh dunia telah melakukan berbagai upaya, beberapa di antaranya menemukan potensi obat yang efektif untuk mencegah.
Namun, peneliti perlu melakukan uji coba dan itu mungkin memakan waktu beberapa bulan atau lebih lama.
Efek chloroquine
Laman Heathline, menyebut, salah satu obat yang berpotensi efektif mencegah dan mengobati korona adalah Chloroquine atau klorokuin.
Para peneliti menemukan bahwa obat ini efektif sebagai opsi untuk memerangi Covid-19. Setidaknya peneliti telah melakukan 10 uji klinis dalam penelitian yang dilakukan di tabung reaksi.
Chloroquine biasanya digunakan untuk mencegah atau mengobati malaria yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.
Parasit malaria dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk, kemudian hidup dalam jaringan tubuh seperti sel darah merah atau hati. Obat ini digunakan untuk membunuh parasit malaria yang hidup di dalam sel darah merah.
Chloroquine termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai antimalaria. Selain untuk mengobati dan mencegah malaria, chloroquine juga digunakan untuk mengobati amebiasis (infeksi yang disebabkan oleh amuba), demikian seperti dilansir dari laman Webmd.
Drugs.com, memperingatkan, mengonsumsi klorokuin jangka panjang atau pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada retina mata.
Jika memiliki masalah pemfokusan, melihat garis-garis cahaya atau kilatan di penglihatan, atau terjadi pembengkakan atau perubahan warna pada mata, berhentilah meminum klorokuin dan hubungi dokter.
Saat mengkonsumsi klorokuin, sebaiknya hindari konsumsi antasid atau kaopectate (kaolin-pectin) dalam waktu 4 jam sebelum atau setelah mengkonsumsi chloroquine.
Beberapa antasida dapat membuat tubuh lebih sulit menyerap chlooroquine. Jika sedang menggunakan antibiotik yang disebut ampicillin, hindari meminumnya dalam waktu 2 jam sebelum atau 2 jam setelah menggunakan chloroquine.
Chloroquine dapat membuat ampisilin jauh lebih efektif jika dikonsumsi secara bersamaan.
Obat ini dapat menyebabkan penglihatan kabur dan dapat mengganggu pemikiran atau reaksi. Berhati-hatilah jika mengemudi atau melakukan apa pun yang mengharuskan untuk waspada dan dapat melihat dengan jelas.
COVID-19 adalah penyakit menular disebabkan virus corona baru yang ditemukan setelah wabah di Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019.
Sejak kemunculan wabah ini, virus corona yang dikenal sebagai SARS-CoV-2, telah menyebar ke lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan telah mempengaruhi ribuan orang.
Sampai sekarang, belum ada vaksin untuk melawan virus corona jenis baru tersebut. Para peneliti saat ini sedang bekerja membuat vaksin khusus untuk coronavirus, serta perawatan potensial untuk COVID-19. (Aju)