KEBUMEN (Independensi.com) – Indonesia memiliki sawah tadah hujan yang cukup luas, sistem pengairannya ada yang masih mengandalkan curah hujan sehingga hanya bisa panen sekali setahun dan sudah banyak juga lahan pertanian yang sistem pengairanya tertata dengan bagus. Seperti halnya di Desa Singoyudan Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah, lahan sawah tadah hujan ini kini sudah bisa panen 3 kali dalam setahun dengan inovasi pompa listrik dengan sumur sebagai solusi ditengah kekeringan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen, Tri Haryono mengatakan bahwa luas sawah di Desa Singoyudan mencapai 119 hektar (ha) yang merupakan sawah tadah hujan. Desa tersebut dulunya hanya panen sekali setahun saja namun saat ini sudah para petani sudah beralih menggunakan pompa air listrik.
“Dulu para petani juga menggunakan pompa air yang menggunakan bahan bakar namun untuk menghemat bahan bakar sekarang petani beralih ke pompa air listrik,”ujarnya di kantornya, Kebumen, Rabu (1/07/20).
Ia menambahkan bahwa saat ini sudah ada 15 pompa listrik yang ditempatkan pada rumah rumah pompa yang bisa mengairi sawah para petani. Inovasi ini dinilai mampu menghemat biaya hingga 65 % sehingga pelan pelan semua petani mulai beralih.
Lebih lanjut Tri mengatakan pada musim kemarau seperti yang sudah diinformasikan Kementerian pertanian (Kementan), petani tetap dapat berproduksi karena sudah menggunakan sumur dan pompa air. Selain sawah, komoditas hortikultura juga berkembang karena air sekarang sudah cukup.
“Ada 6 kecamatan yang tabah hujan mulai dari Kecamatan Mirit, Ambal, Buluspesanyren, Klirong, Petanahan dan Puring. Disana komoditas Hortikulturanya juga berkembang,” ungkapnya.
Dikesempatan berbeda, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengungkapkan Kementan terus mengupayakan ketersediaan pangan khususnya beras sebagai pangan pokok dalam keadaan atau tantangan apapun. Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, penyediaan pangan adalah tugas negara sehingga dalam keadaan apapun produksi pangan harus tangguh.
“Kementerian Pertanian memberikan dukungan penuh. Bantuan dan program nyata seperti benih varietas unggul yang tahan kekeringan, alat mesin pertanian berupa pompa, asuransi pertanian untuk ganti rugi jika gagal panen atau penggantian benih dan dana kredit usaha rakyat,” ucapnya.
Suwandi menjelaskan Kementan memiliki program pengembangan petani produsen benih padi berbasis korporasi petani, guna memproduksi benih yang tahan kekeringan sehingga ketersediaan benih terjamin. Produksi tingggi maka harus gunakan benih padi yang berkualitas karena benih adalah penciri produktivitas.
“Oleh karena itu, kami dukung peningkatan akses bagi petani agar mudah memperoleh benih unggul. Dengan memberdayakan petani menjadi penangkar yang mandiri maka akan memperluas penyediaan benih berkualitas,” terangnya.
Lebih lanjut Suwandi menilai terobosan berupa inovasi pompa air listrik sebagai solusi antisipasi kekeringan ini dapat membantu guna mencapai target produksi di tahun 2020 ini. Perlu diketahui, pada MT II target tanam seluas 5,6 juta hektar, sehingga di bulan Juli sampai Desember akan ada stok 12,5 sampai 15 juta ton beras. Sedangkan realisasi luas panen Januari-Juni 5,83 juta hektar dengan produksi 29,31 juta ton gabah kering giling.
“Penggunaan pompa air tentunya membantu dalam percepatan tanam dan mengoptimalkan lahan dari yang tidur menjadi ditanami padi karena adanya air irigasi. Maka kita dorong daerah lain juga untuk gunakan pompa air dan petaninya pun bisa menghemat biaya. Kami di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan selalu turun ke lapang membina dan memantau kondisi laoangan,” tutur Suwandi.(wst)