JAKARTA (Independensi.com) – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) telah menetapkan arah pembangunan pertanian yang tidak hanya sampai pada peningkatan produksi dan pengembangan hilirisasinya, namun demikian hingga pada sektor pertanian sebagai bantalan pertumbuhan ekonomi nasional di tengah memenangkan dampak perubahan iklim, pandemi covid 19 dan berbagai tantangan pangan lainnya. Oleh karena itu, pembangunan pertanian maju, mandiri dan modern harus mampu menjadi pangan sebagai komoditas andalan ekspor.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan salah satu kunci peningkatan ekspor pertanian selain aspek produksi berbasis korporasi, pasca panen dan industrialisasi, yakni pengembangan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) produk pangan. Di masa pendemi covid 19 ini, momentum yang mudah untuk menggerakan keterlibatan generasi milenial dan pelaku usaha guna mengembangkan produk pangan menjadi kewirausahaan yang sangat menjanjikan dengan kualitas produk berstandar pasar modern hingga ekspor.
“Karena itu, penting sekali kita tingkatkan peran inkubator pada pemberdayaan UMKM pangan. Sebab peluang ekspor komoditas tanaman pangan Indonesia masih sangat besar. Beberapa Negara di Eropa, Afrika dan Asia Tenggara telah mengkonfirmasi permintaan produk tanaman pangan Indonesia seperti beras premium, beras organik, jagung, ubi jalar, kacang hijau, porang, dan lainnya. Ini semua bisa kita booster dengan menyentuh peran inkubator pada pemberdayaan UMKM,” demikian dikatakan Suwandi di Jakarta, Jumat (18/2/2022).
Menurutnya, dengan upaya penguatan ekspor melalui pengembangan korporasi dan peningkatan peran inkubator pada pemberdayaan UMKM dapat memicu usaha-usaha yang dapat meningkatkan produksi dan menjamin ketersediaan stok pangan. Mentan SYL berkomitmen memfasilitas kemajuan usaha-usaha di sektor pertanian tidak hanya melalui bantuan, namun juga fasilitas permodalan yang bekerja sama dengan perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Peningkatan peran inkubator pada pemberdayaan UMKM pangan kita bantu dan kawal dari hulu ke hilir hingga kemudahan akses permodalan. Jaminan pasar pun dipastikan dengan adanya sinergi bersama eksportir dan kepastian negara tujuan ekspor pun sudah kita jalin,” terang Suwandi.
Sementara itu, pada Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani secara daring Episode 338 pada Kamis, 17 Februari 2022 yang mengangkat topik Peran Inkubator pada Pemberdayaan UMKM, Kepala Inkubator Pengembangan Kewirausahaan Unhas, Mardiana E. Fachry menjelaskan inkubator kewirausahaan merupakan lembaga pendampingan wirausaha pemula (start-up) berbasis teknologi dengan fasilitas fisik yang menyediakan pelayanan terpadu berupa kewirausahaan, teknologi, akses pendanaan, fasilitasi pemasaran, dan manajemen. Menurutnya, inkubator memiliki beberapa tugas, antara lain menyediakan wadah pembinaan, pelatihan, pendampingan dan konsultasi dalam bentuk inkubasi bisnis.
“Kedua, inkubator bertugas memfasilitasi tenant menemukan mitra dan jaringan pasar komersil. Ketiga, memfasilitasi tenan dalam hal mendapatkan sertifikasi , PRT, Halal, BPOM. HAKI dan lainnya. Keempat, melaksanakan promosi dalam bentuk pameran, kompetensi bisnis dan lainnya,” papar Mardiana.
Mardiana menambahkan selain tugas, Inkubator juga memiliki fungsi yakni menemukan dan mengembangkan bisnis tenant berbasis teknologi (inwall-out wall), meningkatkan kualitas produk berbasi pasar komersil dan meningkatkan kemampuan managerial tenant.
“Fungsi lainnya juga mendampingi tenant untuk mampu memenuhi standar kompetensi untuk mendapatkan pendanaan dari berbagai lembaga; dan mempertemukan mitra tenant yang potensil,” urainya.
Kepala Unit Pelayanan Teknis Pelatihan SDM Pertanian, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Asnida Abbas menjelaskan penyuluh pertanian memiliki peran strategis dalam pengembangan kewirausahaan pangan. Pertama, membangun dan mengembangkan kewirausahaan berbasis karakteristik pasar dan produk. Kedua, mendampingi pengendalian mutu produk dari hulu hilir berdasar SNI. Ketiga, membuka kemitraan produk, kemitraan pasar, kemitraan pembiayaan (KUR) dan kemitraan teknologi dengan Perguruan Tinggi.
Keempat, lanjutnya, penyuluh dapat mendorong dan menjadi bagian, bersama kelompok lain untuk korporasi petani berbasis ekspor. Kelima, memfasiltasi promosi melalui jejaring kemitraan dengan lintas sektoral.
“Tahapan pendampingan yang telah dilakukan adalah identifikasi penumbuhan atau pengembangan usaha dari pelaku usaha, poktan dan gapoktan, memfasilitasi sinergi dan integrasi program dengan stakeholder terkait dan bimbingan teknis terkait inovasi, peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui bimbingan teknis dan lainnya,” tutur Asnida.(wst)