JAKARTA (Independensi.com) – Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) membangun pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani melalui penerapan teknologi dan inovasi pertanian modern mencatatkan keberhasilan nyata di lapangan. Perkembangan bertani modern telah mengubah sektor pertanian ke arah kemajuan yakni peningkatan produktivitas, minat generasi muda dan komoditas naik kelas menjadi masuk dunia industri.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan kemajuan inovasi dan teknologi di bidang pertanian dapat diadopsi dan dikembangkan secara massal hingga skala industri. Menurutnya, mekanisasi mampu menjawab tantangan kekurangan SDM, karena bertani jadi semakin cepat dan produktivitas petani menjadi lebih terjamin, dan mekanisasi mampu menekan losses (kehilangan hasil panen).
“Integrated farming berbasis zero waste mampu mengefisiensikan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Tantangan bagi kaum muda millenial untuk mengembangkan teknologi pertanian baik aspek Hulu, onfarm, hilirisasi,” ujar Suwandi pada Bimbingan Teknis & Sosialisasi (BTS) Propaktani secara daring Episode 384 pada Selasa, 22 Maret 2022 mengangkat topik Success Story Bertani Milenial.
Suwandi menambahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong program pengembangan inovasi pertanian guna menghadapi berbagai tantangan kedepan yakni perubahan iklim ekstrim dan pandemi Covid 19. Di antaranya mengoptimalkan potensi lahan kering, lahan rawa dan bagaimana petani bisa tanam panen 4 kali dalam setahun.
“Tak sampai di situ, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun mendorongnya hingga ke pengembangan aspek hilirisasi berbagai olahan pangan lokal yang dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Tani Produksi Mentari Sinari Alam (MSA), Muhammad Yayan menjelaskan MSA adalah koperasi petani padi di Tasikmalaya yang menerapkan sistem pertanian organik berbasis teknologi dan inovasi modern. MSA beranggotakan 373 petani, yang 66 diantaranya telah memperoleh sertifikat organik internasional dari Uni Eropa dan Departemen Pertanian Amerika Serikat.
“Rata-rata, petani memiliki lahan seluas 1,1 hektar dengan produktivitas 2,9 ton per hektar. Panen berlangsung di bulan Juni, Oktober, dan Februari. MSA telah memproduksi, mengolah, dan memasarkan beras organik dari varietas Pandan Wangi, Inpari 24, Ciherang, Sintanur, dan Situbondo,” papar Yayan.
Sukarlin, Ketua PP Gapsera Sejahtera Mandiri mengatakan PP Gapsera Sejahtera Mandiri merupakan perkumpulan kelompok tani yang ada di Desa Rejo Asri Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Berawal dari keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan petani tanpa merusak lingkungan, PP Gapsera mulai mengaplikasikan pengendalian hayati pada lahan padi yang dimiliki.
“Kegiatan pengendalian hayati diperoleh dari kegiatan pelatihan yang pernah dilakukan. Awalnya kami sedikit kesulitan dalam memasarkan produk yang kita miliki karena masih menggunakan pupuk kimia yaitu 60% pupuk kompos 40% pupuk kimia sehingga tidak dapat disebut beras organik,” ujarnya.
“Namun setelah di uji di laboratorium ternyata residu pestisida nihil. Dari hasil uji itu kami bisa sebut sebagai BERASERA atau Beras Sehat Bebas Pestisida yang memiliki nilai jual lebih tinggi,” tambah Sukarlin.
Sementara itu, Galih Wiranegara, Ketua Korporasi Tani Ngawi Mandiri (KTNM) mengatakan koperasinya yang berdiri pada 24 November 2020 telah menjadi daya dukung untuk pertumbuhan pertanian di kabupaten Ngawi. Sedikitnya ada sekitar 45 Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) yang tergabung dalam Koperasi Ngawi Tani Mandiri.
“KNTM menjadi fasilitator untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan memasarkan produk hasil pertanian. KNTM membantu mencukupi kebutuhan pupuk petani, khususnya pupuk non subsidi. Sebab untuk pupuk subsidi, tataniaga dan distribusi telah ditentukan sesuai regulasi yang ada. Selain itu, KNTM juga membantu memberikan pinjaman benih,” ungkapnya.
Galih menegaskan koperasi memiliki peran penting bagi petani yakni memberi pinjaman benih kepada petani, kemudian memberikan pinjaman pupuk non subsidi kepada petani. Kemudian hasil panenya dihubungkan ke pasar.
“Dan yang ikut kemitraan semua produknya dibeli oleh perusahaan yang dikerjasamakan dengan KTNM (Koperasi Ngawi Tani Mandiri),” bebernya.(wst)