TANGERANG SELATAN- Bakal Calon Anggota Legislatif (Bacaleg) PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan Dapil Serpong-Setu, Adi Surya Purba mengecam tindakan intoleran Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Aceh Barat yang memecat empat mahasiswa pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UTU.
Keempat mahasiswa itu dipecat dengan alasan telah turut membuat ucapan selamat Jumat Agung. Menurut Surya, tindakan mahasiswa tersebut adalah wujud dari toleransi beragama yang memang sesuai dengan dasar dan ideologi negara Pancasila.
“Jika memang berita yang beredar itu benar, sungguh sangat disayangkan. Bangsa ini berdiri di atas dasar Pancasila. Sehingga, setiap perilaku warga negara juga harus mencerminkan sila-sila Pancasila itu. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa jelas tercermin bagaimana kita harus menjaga kehidupan toleransi antar umat beragama. Kita hendaknya memahami secara lebih jernih apa yang dilakukan empat mahasiswa itu adalah toleransi kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan toleransi akidah agama mereka. Mahasiswa itu justru sedang mempraktikkan Pancasila, kenapa malah dipecat ? ” ujar Surya yang juga Staf Khusus Wakil Ketua MPR itu, Selasa (18/4/2023).
Surya melanjutkan, kalau kita belajar dari negara-negara mayoritas Islam, mengucapkan selamat hari raya agama lain sudah menjadi hal yang biasa bahkan oleh pemimpin negara. Sebut saja ucapan selamat natal dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi, Presiden Irak Abdul Latif Jamal Rashid, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohamed Bin Zayed dan Presiden Iran Ebrahim Raeisi. Mereka semua bertoleransi tanpa kehilangan iman agama mereka sendiri.
” Bahkan Sekjen Liga Muslim Dunia Sheikh Dr. Mohammed Al-Issa mengatakan, bahwa Islam tidak melarang umat Islam untuk bertukar mengucapkan selamat hari raya kepada umat agama lain. Inilah indahnya perbedaan” jelas Surya.
Sebagaimana dilansir dari berbagai media, Rektor UTU mengumumkan telah memecat empat mahasiswa tersebut dari kepengurusan DPM dan mensyahadatkan kembali karena perbuatan itu dianggap murtad.
“Oleh karena itu, saya menyayangkan tindakan Rektor UTU yang memecat empat mahasiswa tersebut dan meminta untuk melihat bagaimana sewaktu Tsunami Aceh tahun 2004, dunia membantu Aceh tanpa memandang agama, suku, ras di Aceh. Melainkan sebagai sesama manusia hendaknya memang ditakdirkan untuk saling tolong menolong, Begitupun perbedaan yang memang ditakdirkan oleh Tuhan sebagai suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah, maka toleransi, saling hormat menghormati, beragama dengan ramah bukan marah, beribadah secara leluasa merupakan hal-hal yang penting untuk menjaga bangsa Indonesia tetap aman, damai dan bersatu” pungkas Surya.