Karangasem (Independensi.com) – Wisatawan Mancanegara Kagumi Gelaran Upacara Atma Wedana Utama (Baligia) di kawasan historis dan spiritual Taman Sukasada Ujung, Tumbu, Karangasem (18/7). Prosesi sakral ribuan Semeton Puri mengikuti pawai Puri Agung Karangasem menuju kawasan Taman Ujung dilakukan secara. Penglingsir Puri terus memperkuat digitalisasi dokumentasi terhadap berbagai Warisan Budaya Takbenda yang dimiliki Puri Karangasem.
“Hal ini untuk mewarisi adat istiadat dan budaya leluhur kami untuk anak cucu kami dimasa datang, Sebab Warisan terbesar yang dapat diwariskan kepada anak dan cucu bukanlah uang atau hal-hal materi lainnya yang terakumulasi dalam hidup, melainkan warisan adat istiadat dari para leluhur kami,” kata Manggala dan Pengerajeg Karya Baligia 2025 Puri, Anak Agung Bagus Partha Wijaya, Jum’at (18/7/2024).
A.A. Bagus Partha Wijaya merupakan ketua keluarga besar Puri Agung Karangasem yang memimpin upacara Maligia Utama yang melibatkan prosesi sejauh 4,5 kilometer menuju Taman Sukasada Ujung, Karangasem.
Upacara ini tidak hanya melibatkan keluarga Puri Agung Karangasem, tetapi juga ribuan masyarakat yang ikut serta yang dilakukan, dalam kerangka kesadaran pemikiran, bahwa keberadaan kehidupan kekinian adalah bagian dari reinkarnasi kehidupan sebelumnya, dan semangat bakti kepada leluhur serta pelestarian warisan budaya luhur Bali.
Karya Baligia Utama yang dihadiri Ida Tjokorda Mengwi XIII ini tidak hanya ritual, tapi juga merupakan warisan budaya spiritual yang harus dijaga, karena didalamnya terkandung nilai bakti, kesucian dan keseimbangan antara sekala dan niskala sebagai peninggalan Adat, Tradisi peninggalan leluhur Puri Agung Karangasem.
“Puncak Upacara akan berlangsung pada 20-23 Juli 2025, dihadiri oleh para Pengelingsir Puri sejebag Bali, Keraton Nusantara, Pesemetonan Puri & Angga Brahmana Geria, Tokoh Adat dan masyarakat serta Guru Wisesa/Pejabat Pemerintahan Karangasem & Bali dan Nasional,” terangnya.
Upacara Baligia juga akan menghadirkan sekitar 100 Sulinggih Siwa dan Buda lanang istri sejebag Karangasem dalam Acara Resi Bojana, Senin, 21 Juli 2025.
Menurutnya, Upacara Baligia ini menjadi momen penting dalam menyucikan roh leluhur (Atma) agar mencapai alam Siwa Loka dan bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menjadi Dewa Pitara sebagai suatu bentuk bakti tertinggi bagi keluarga yang ditinggalkan. Berlandaskan lontar suci Baligia, lanjutnya upacara ini menegaskan keberadaan tubuh manusia yang terdiri atas tiga unsur: Stula Sarira (badan kasar), Suksma Sarira (badan halus) dan Antahkarana Sarira (roh).
“Jika Ngaben menyucikan badan kasar (Panca Maha Bhuta: Pertiwi, Apah, Teja, Bayu dan Akasa) maka Baligia adalah penyucian badan halus (Panca Tan Matra: Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa dan Ghanda),” ungkapnya.
Upacara Baligia Puri Agung Karangasem 2025 ini diikuti oleh 104 Puspa/Sekah 17 diantaranya Puspa Puri, diantaranya Pengelingsir Prof. A.A. Agung Gede Putra Agung, Anak Agung Istri Agung Raka Padmi dan juga diiringi sekah lainnya dari Karangasem hingga Lombok.
Tak hanya itu, Karya Baligia Utama ini melibatkan rangkaian panjang kegiatan spiritual, antara lain dimulai saat Parum besar di Puri diikuti oleh seluruh Angga Puri (Keluarga Besar) dan Ida Pedanda Bhagawanta-Sulinggih Siwa & Buda kemudian diikuti Upacara Ngaku Ngagem (pernyataan kesanggupan beryadnya), pada 22 Desember 2024.
Kemudian, dilanjutkan Bumi Sudha dan Nangiang Piadnyan (penyucian dan pembangunan altar suci) 14 Mar 2025, lalu Mendak Tirta, Ngajum, dan Ngulapin, Melaspas Padma, Mapurwadaksina, hingga puncaknya, yaitu Utpeti 20 Juli 2025 sebagai bangkitnya roh suci menuju alam Siwa Loka.
“Rangkaian upacara suci ini juga memperlihatkan kedalaman makna filosofis dan kosmologis Hindu Bali yang diisi dengan Mepepada (penyucian hewan persembahan), Nganyut (penghanyutan simbol roh ke laut) dan Nyegara Gunung (pemulihan jiwa-raga pasca upacara),” jelasnya.
Pada Pebengang, hari ke-2 (21 Juli 2025) dihaturkan Upacara Resi Bojana, yang bertujuan menghaturkan rasa terima kasih kepada Para Pedanda yang ikut muput rangkaian Upacara baligya sehingga berjalan dengan baik.
Tidak kalah menariknya, juga partisipasi dan keterlibatan aktif Braya Muslim Karangasem, terutama yang disekitar Lokasi Upacara dalam ikut gotong royong kebersihan, stand penjualan minuman di area Nista Mandala dan juga ikut dalam kemananan lingkungan.
Tak hanya sekadar Toleransi antar umat beragama, tetapi juga pelaksanaan upacara menunjukan integrasi yang bermakna persatuan dan kesatuan, sebagaimana diketahui keberadaan Umat Muslim di Karangasem tidak terlepas dari Keberadaan Kerajaan Karangasem tempo dulu Puri Agung Karangasem saat ini.
Braya Muslim Karangasem Terlibat Aktif Karya Baligia Utama Puri Agung Karangasem di Taman Sukasada Ujung ini adalah implementasi kebersamaan dan bukanlah sekedar toleransi umat. (hd)