Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi Denny JA

Denny JA: Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi dan Spirit “Power of Giving”, Bukan Apa yang Kau Ambil, Tapi Apa yang Kau Sumbangkan

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Di tengah sorotan publik terhadap jabatan komisaris BUMN dan wacana penghapusan tantiem, satu nama tampil dengan narasi berbeda: Denny JA. Intelektual publik, konsultan politik, sekaligus pengusaha lintas sektor ini resmi menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) sejak Juli 2025. Namun baginya, jabatan ini bukan tentang posisi strategis ataupun materi. Melainkan tentang pengabdian.

“Pesan Presiden Prabowo bukan hanya kebijakan. Itu adalah undangan moral dan spiritual untuk menjadikan jabatan sebagai sarana kontribusi yang bermakna,” ujar Denny JA dalam pernyataan resminya.

Arahan Presiden Prabowo Subianto agar para komisaris tidak memburu tantiem bonus tahunan atas kinerja keuangan perusahaan diterima Denny JA bukan dengan resistensi, melainkan dengan keyakinan.

“Saya menerima pesan Presiden sebagai panggilan hati,” tegasnya.

Dari Aktivis Mahasiswa Hingga 22 Perusahaan

Denny JA bukan sosok yang asing dalam diskursus publik. Lahir dari keluarga sederhana, ia memulai kariernya sebagai aktivis mahasiswa yang getol memperjuangkan keadilan sosial. Namun perjalanan panjangnya kemudian membawanya menjadi figur yang sukses secara ekonomi. Saat ini, ia menaungi lebih dari 22 perusahaan di sektor hotel, restoran, properti, AI, konsultan politik, dan tambang.

Namun kekayaan dan kekuasaan tak menghapus idealismenya. Sebaliknya, ia justru semakin memperdalam filosofi hidup yang dipegangnya sejak muda: The Power of Giving.

“Prinsip ini bukan teori. Ini lahir dari pengalaman spiritual. Memberi bukan karena kelebihan, tapi karena panggilan,” jelasnya.

Sebagai wujud nyata dari prinsip itu, Denny mendirikan Denny JA Foundation, yayasan yang bergerak di bidang sastra dan spiritualitas. Melalui yayasan ini, ia mewakafkan dana abadi untuk mendukung dunia literasi dan pemikiran.

Yayasan ini rutin memberikan penghargaan kepada penulis dalam empat kategori, menyelenggarakan festival puisi esai tahunan, hingga mendanai pengajaran spiritualitas di sembilan kampus.

Komisaris yang Bergerak dengan Tulisan dan Gagasan

Sejak menjabat Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi, Denny JA menolak menjadi simbol pasif dalam struktur perusahaan. Ia aktif menulis lebih dari 20 esai tentang energi dari strategi peningkatan lifting minyak, ketahanan energi nasional, hingga analisis geopolitik OPEC.

Tulisan-tulisan ini akan dibukukan dalam karya berjudul “Make Pertamina Great Again: Minyak, Politik dan Bisnis di Era AI.”

Tak hanya itu, ia juga menyampaikan pidato pengarahan yang berisi semangat baru: Indonesia harus berdaulat di sektor energi jika ingin bangkit sebagai bangsa besar.

Soal Tantiem: Antara Perspektif Korporasi dan Spirit Reformasi

Dalam polemik mengenai tantiem, Denny JA sempat menyampaikan pendapat akademik yang mengacu pada praktik global. Menurutnya, dalam sistem dewan dua tingkat (two-tier board) seperti di Indonesia, pemberian tantiem kepada komisaris adalah hal yang lazim secara tata kelola.

“Di banyak negara Eropa, dewan komisaris yang aktif diberi tantiem karena mereka menjalankan fungsi pengawasan strategis,” paparnya.

Namun ketika Presiden Prabowo memutuskan untuk menghapus tantiem sebagai bagian dari transformasi moral BUMN, Denny tanpa ragu menyatakan dukungannya.

“Saya ikut memenangkan Presiden. Saya setuju dengan banyak gagasan besarnya. Maka dalam hal ini, saya berdiri di barisan yang sama. Ini bukan soal uang. Ini soal arah,” tegasnya.

Komisaris yang Sudah Selesai dengan Ekonomi

Bagi Denny, jabatan ini bukan ruang untuk menambah kekayaan, melainkan memperluas pengabdian. Ia menyebut dirinya sebagai pribadi yang telah “selesai dengan urusan ekonomi,” dan justru ingin menghadirkan nilai melalui kekuatan memberi.

“Kontribusi terbaik tidak diukur dari angka yang masuk ke rekening pribadi, tapi dari nilai yang tertanam dalam sejarah negeri,” ucapnya penuh makna.

Dengan latar belakang spiritual, visi kebangsaan, dan kekuatan intelektual, Denny JA ingin menghidupkan semangat baru di tubuh BUMN—bahwa jabatan publik bukan ladang insentif, tapi taman pengabdian.

Dan ia menyimpulkan semuanya dalam satu kalimat yang mencerminkan jiwanya:

“Nilai sejati hanya bisa lahir dari kekuatan paling sunyi, namun paling dahsyat: The Power of Giving.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *