Jakarta- Politisi PDI Perjuangan Nasyirul Falah Amru menanggapi temuan Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri bahwa masih banyak seruan jihad qital di tengah-tengah masyarakat.
Jihad qital bisa diartikan sebagai ajakan berjihad lewat serangan atau peperangan dalam arti fisik.
Tokoh yang akrab disapa Gus Falah itu mengingatkan Pemerintah dan Polri, bahwa meredam ajaran ekstrem atau radikal tak bisa dilakukan tanpa regulasi dan sinergi.
“Seperti yang sudah beberapa kali saya katakan, meredam ekstremisme atau radikalisme itu bisa lancar bila ada regulasinya, sebagaimana kita memerangi komunisme,” tegas Gus Falah dalam keterangan tertulisnya, Jumat 1 Desember 2023.
Ketua Tanfidziyah PBNU itu melanjutkan, pemerintah juga bisa bersinergi dengan organisasi-organisasi Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah untuk meredam ekstremisme.
Sinergi tersebut bisa dilakukan di banyak institusi, bahkan di segala sektor kehidupan.
Kemudian di kampus-kampus, menurut Gus Falah, pemerintah juga bisa bersinergi dengan organisasi-organisasi mahasiswa yang berprinsip kebangsaan seperti kelompok Cipayung.
“Jadi, meredam ekstremisme itu jangan pakai cara konvensional, bila ingin berhasil,” ujar Gus Falah.
“Harus melalui regulasi dan sinergi, bila tidak, radikalisme tak akan habis dan temuan-temuan dari aparatur negara, seperti yang Densus 88 ungkap baru-baru ini akan terus saja berulang,” pungkasnya.
Sebelumnya, masih adanya seruan jihad qital itu disampaikan Kasubdit Kontra Naratif Densus 88 Polri Mahendra Eka Wardana dalam Workshop Pengembangan Literasi Islam dan Kepahlawanan Pejuangan Bangsa di Jakarta pada Kamis 30 November 2023. Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI).
Pada forum itu, Mahendra mengatakan, masih ada banyak konten yang menyerukan jihad qital, baik di buku cetak maupun di media sosial. Adanya muatan negatif tersebut, bisa berujung pada perilaku intoleransi, radikalisme, bahkan terorisme.