Jokowi Undang Paus Fransiskus ke Indonesia Bantu Petani Sawit

Loading

VATIKAN (IndependensI.com) – Presiden RI Joko Widodo mengundang pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Indonesia. Surat undangan ini disampaikan kepada Paus Fransiskus melalui Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan pada saat bertemu dengan Paus Fransiskus di Lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan.

“Vatikan punya suara yang bisa didengar, karena beliau selalu mengedepankan masalah kemanusiaan,” kata Luhut dikutip dari situs Vatican News, Kamis (26/04/2018). Dalam surat itu, Jokowi berpesan agar Paus membantu melihat Indonesia lebih dalam dari aspek industri kelapa sawit, perdagangan, lingkungan, dan hak asasi manusia (HAM).

Ia menyatakan Paus menerima baik kedatangannya. Paus juga menyampaikan salam untuk Jokowi. “Beliau menyampaikan salam hormat untuk Presiden Jokowi,” ujar Luhut.
Kunjungan Luhut ke Vatikan adalah bagian dari upaya untuk melobi Uni Eropa mengenai minyak sawit. Hal ini menyusul adanya rencana pelarangan penggunaan biodiesel berbahan dasar minyak sawit mentah di Eropa.

Duta Besar RI untuk Vatikan Agus Sriyono yang mendampingi Menko Maritim menyatakan delegasi Indonesia telah bertemu di vatikan. “Betul. Pak Luhut sudah serahkan surat Pak Presiden ke Paus. Isinya memang ada undangan agar Paus berkunjung ke Indonesia,” kata Dubes Agus.

Ia menyatakan pada tahun lalu, terdenar kabar bahwa Paus akan mengunjungi Indonesia. Namun, Dubes Agus mengungkapkan, rencana itu bukanlah batal, tetapi memang belum ada konfirmasi dari Takhta Suci.

Selain undangan agar Paus ke Indonesia, surat Jokowi juga berisi informasi bahwa selama ini performa perekonomian Indonesia cukup baik dan sebagian besar masyarakat sudah lepas dari jerat kemiskinan. Banyak dari warga Indonesia bekerja sebagai petani, termasuk petani kelapa sawit yang memiliki 40 persen dari 12 juta hektar lahan. Namun, situasi ini kurang kondusif karena adanya resolusi Uni Eropa terkait larangan penggunaan minyak kelapa sawit untuk baha biofuel mulai 2021.

Diskriminasi ini tentunya tidak hanya mempengaruhi petani kecil di Indonesia melainkan juga negara penghasil kelapa sawit lainnya.

Luhut juga sempat bertemu dengan Kardinal Peter Turkson, di mana ia menyampaikan komitmen Indonesia terhadap pelestarian alam dan kontribusi kelapa sawit.

Luhut menuturkan seminar akan dilakukan pada 15 Mei 2018 serta dihadiri Indonesia dan Uni Eropa. Negara-negara yang memiliki komoditas kelapa sawit juga akan diundang. “Kami juga akan melakukan presentasi bersama Malaysia mengenai kelapa sawit,” kata Luhut.