Pacu Pembangunan Pertanian Sulsel, Kementan Anggarkan Rp 600 Miliar di 2019

Loading

MAKASAR (IndependsI.com) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan di tahun 2019 Kementerian Pertanian (Kementan) akan menggelontorkan anggaran sebesar Rp 600 miliar untuk Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Ini dimaksudkan guna memacu peningkatan produksi berkualitas ekspor dan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Memang kebetulan kami bersama Pak Gubernur kemarin acara penyuluh se-Indonesia, beliau membisiki Pak Menteri ada yang bisa kami bantu besok? Kami sebagai warga sulses yang baik, kapasitas kami sebagai warga sulsel. Siap Pak Gubernur kami jalankan perintah,” demikian dikatakan Mentan Amran pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, Kamis (11/4).

“Tahun ini insyaallah kami turunkan anggaran 600 miliar. Kemudian kami perlu sampaikan, bahwasanya selama pemerintahan Jokowi-JK, bantuan kami dengan Kementerian Desa kurang lebih Rp 15 triliun untuk Sulsel selama kurang lebih 5 tahun ini,” sambungnya.

Terkait pengembangan kakao di Sulawesi Selatan, Menteri Amran meminta Gubernur dan jajaran Bupati terkait untuk duduk bersama agar Sulawesi Selatan menjadi sumber bibit unggul kakao tingkat nasional. Kementan pun tengah mendesain daerah Luwu raya dan Tana Toraja menjadi lumbung kakao, lada, cengkeh, pala dan komoditas rempah lainnya yang hasilnya diekspor.

“Kita kembangkan dalam satu skala ekonomi, nantinya diekspor langsung, tidak lagi transit. Kami sudah berikan bantuan bibit 1 juta batang. Hari ini kita tambahkan lagi,” ujarnya.

Amran menekankan sejak awal pemerintahan Jokowi-JK, telah memprioritas pembangunan pertanian dan petani itu sendiri di Sulawesi Selatan. Buktinya, di awal pemerintahan Jokowi-JK mengalokasikan anggaran Rp 3 triliun untuk pembangunan tiga bendungan di Jeneponto, Sidrap dan Luwu.

“Kami masih ingat baru 1 bulan jadi menteri, bapak presiden minta kunjungan ke Sidrap pada saat itu. Kami laporkan pada saat itu pada bapak presiden, ada 3 bendungan saat itu yang membutuhkan anggaran kurang lebih 3 triliun di Sulsel. Beliau tanpa basa-basi mengatakan setuju,” ungkapnya.

Pada pertemuan ini, Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah optimis di tahun 2019 pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mendapat tambahan anggaran yang lebih besar dari pemerintah pusat, khususnya dari Kementan. Ini salah satunya guna mendukung program modernisasi pertanian yang dicanangkan Kementan, sehingga pertanian di Sulawesi Selatan semakin maju dan modern.

“Saya tahu persis pola kerja Bapak Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, selama itu untuk kepentingan rakyat, apapun beliau lakukan dan aturan bisa disesuaikan,” ujarnya.

“Kami berharap Bapak Menteri Pertanian menjadi corong Sulawesi Selatan di pemerintah pusat agar pembangunan bisa kita jalankan di semua sektor,” pinta Nurdin.

Nurdin menegaskan ke depan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menaruh perhatian yang tinggi terhadap komoditas pertanian unggulan atau ekspor. Salah satunya komoditas kakao yang mengalami persoalan penurunan produksi akibat penggunaan benih, tapi kini bersama Kementan telah ditemukan solusinya, yakni penggunaan benih unggul.

“Nah kami menyambut baik upaya Bapak Menteri Pertanian, agar Sulawesi Selatan dijadikan sebagai pusat perbenihan kakao. Pusat pembibitan kakao nantinya kita tempatkan di Luwu raya,” tandasnya.

Capaian Sektor Pertanian

Pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan ini, Mentan Amran pun memaparkan capaian sektor pertanian selama 4,5 tahun pemerintahan Jokowi-JK. Di antaranya, pertama, inflasi bahan pangan dulu 2013 terburuk di dunia. Namun demikian, setelah berjalan 3 tahun, Indonesia mampu menekan inflasi dari 10,57 persen di tahun 2014 menjadi 1,26 persen di tahun 2017.

“Dari capaian ini, ada banyak negara yang dilampaui Indonesia, yaitu Jepang, Belanda, Kanada, Jerman, dan total ada 12 negara yang kita lampaui, sebentar lagi Amerika Serikat kita lampaui. Jadi kalau ada yang mengatakan harga pangan naik, itu perlu dipertanyakan. Tiga tahun terakhir harga pangan pada posisi stabil, ini didukung data yang valid, berdasarkan data FAO,” paparnya.

Kedua, sebut Amran, ekspor komoditas pertanian hingga saat ini melonjak 26 persen, nilainya Rp 1.700 triliun. Begitu PDB sektor pertanian naik 47 persen, total akumulasi nilainya Rp 1.375 triliun atau separuh dari APBN.

“Itu baru kenaikan saja, tapi Indonesia juga meraih peringkat ke-5 dunia PDB sektor pertanian dari 224 negara. Data ini sudah ditandatangani BPS dan BKPM. Ini capaian tertinggi kenaikan PDB sektor pertanian dalam sejarah Republik Indonesia,” ucapnya.

Ketiga, ekspor komoditas pertanian meningkat tajam. Jika diakumulasikan, total ekspor selama empat tahun mencapai Rp 1.764 triliun. Nilai ekspor tahun 2018 juga meningkat sebesar 29,7 persen bila dibandingkan dengan tahun 2016 mencapai Rp 384,9 triliun.

“Baru-baru ini kita ekspor dari Sulawesi Selatan senilai Rp 800 miliar. Terima kasih Pak Gubernur. Ekspor kita meningkat karena kita berlakukan Online Single Submission,” sebut Amran.

“Alhamdulillah dari Sulawesi Selatan kita sudsh direct call. Dari pelabuhan Sulawesi Selatan sudah langsung ke Cina, Hongkong, Eropa tidak lagi transit ke lampung dan Surabaya,” tambahnya.

Keempat, Kementan berhasil meraih penghargaan anti gratifikasi dan korupsi terbaik dari KPK. Padahal dulu Kementan dikenal dengan kementerian yang penuh dengan masalah.

“Kemudian penghargaan pengelolaan keuangan pun kami raih. Juga baru-baru ini kami dapat penghargaan sebagai tokoh modernisasi pertanian dan dua tahun berturut Kementan mendapatkan opini WTP dari BPK,” pungkas Amran.(***)