Keterangan Foto : Edhy Prabowo, Ketua Komisi IV DPR selaku Ketua Delegasi RI dan Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian saat lalukan Kunker Studi Diplomasi Komisi IV - DPR RI di Amsterdam, Belanda (23/7)

Perkuat Sistem Perkarantinan, Kementan  Jajagi Transfer Teknologi Bio-Sensing dari Belanda

Loading

AMSTERDAM (IndependensI.com)  – Luas wilayah NKRI, terlebih dengan ribuan pulau yang menimbulkan banyak tempat pemasukan dan pengeluaran dibandingkan dengan jumlah SDM Perkarantinaan yang dimiliki saat ini, memerlukan terobosan inovasi dan teknologi agar dapat tetap menjamin kelestarian sumber daya alam hayati yang sangat kaya ini. Termasuk menjamin kesehatan masyarakat selaku pengguna akhir produk pertanian.

“Hal ini merupakan tantangan juga bagi negara-negara di daratan benua Eropa, SDM Perkarantinaan yang terbatas dibandingkan luas wilayah yang harus dijaga. Di Pelabuhan Rotterdam di Belanda sebagai satu-satunya pintu masuk benua Eropa menerapkan teknologi bio-sensing untuk pengawasan, ini yang menjadi perhatian kami,” kata Ali Jamil saat memberikan keterangan tertulisnya dari Amsterdam, Belanda, Selasa (23/7).

Teknologi Bio-Sensing yang digunakan oleh petugas otoritas Karantina Belanda dimaksudkan untuk meningkatkan pengawasan komoditas pertanian yang dilalulintaskan antar wilayah. Tidak hanya itu, peralatan ini digunakan juga  untuk melakukan pengawasan ekspor dan impor komoditas pertanian, sehingga dapat meminimalkan waktu pemeriksaan dan meningkatkan efisiensi serta biaya yang dipergunakan. “Sangat cocok digunakan oleh petugas Karantina di tempat pemasukan dan pengeluaran utama,  agar pengawasan dapat lebih efisien, efektif dan akurat,” tambah Jamil.

Keinginan yang diapresiasi pemerintah  Belanda ini segera  ditindaklanjuti dalam kerjasama pada klausul  “added value of decision support for potato light blight control in Indonesia”. Kerjasama pengawasan terhadap komoditas kentang telah disusun oleh kedua belah pihak terlebih dahulu dan ini yang ditambahkan pasal tambahan. Kedepan, menurut Jamil bimbingan teknis untuk penerapan teknologi bio-sensing akan diperluas untuk komoditas pertanian lainnya. “Tentunya penguatan SDM dengan kapasitas dan keahlian juga perlu disiapkan. Saat ini sejumlah petugas Karantina Pertanian tengah disiapkan mengikuti tugas belajar  jenjang S-2 dan S-3. Dan bio-sensing menjadi topik utama penelitiannya,” terang Kepala Barantan.

Dalam rangkaian Kunjungan Studi Diplomasi Anggota Komisi IV DPRI-RI juga membahas terkait platform kerjasama bilateral dibidang pertanian, perikanan dan kehutanan yang telah ada yakni Working Group on Agriculture, Fisheries and Forestry (WGAFF).  Menurut Edhy Prabowo, Ketua Komisi IV DPR-RI selaku Ketua Delegasi  menjelaskan bahwa kerjasama yang telah terjalin adalah dibidang transfer teknologi dan pengembangan SDM Pertanian. Kedepan, kerjasama untuk saling memperkuat ketahanan pangan dimasing-masing dan juga  meningkatkan pertumbuhan komoditas pertanian yang berorientasi ekspor guna memperkuat sektor pertanian kedua negara.

Sementara itu untuk bidang perkarantinaan, Edhy menekankan pentingnya peningkatan pengawasan  untuk komoditas yang dilalulintaskan antara kedua negara dengan memberikan notifikasi jika terdapat permasalahan perkarantinaan dimasing-masing negara. Seperti halnya Notify of Non Compliance (NNC) terhadap bunga bibit bunga Lili (Lilium sorbone) asal Belanda yang terkontaminasi penyakit yang belum ada di Indonesia, A1 yakni Rhodococus fascians. Benih terkontaminasi virus berbahaya ini  yang masuk disepanjang awal tahun 2019 masing-masing di Bandar Udara Soekarno Hatta, Semarang dan Bandung.

“Semuanya telah dilakukan tindakan pemusnahan guna mencegah terjadinya wabah yang dapat mematikan upaya pengembangan Hortikultura di Indonesia. Kita saling mendukung untuk kelestarian SDA hayati, tugas yang cukup berat dan diperlukan kerjasama yang kuat”, tegas Edhy.

Belanda sebagai  satu dari empat negara yang telah menerapkan sertifikat elektronik dalam proses bisnis ekspor komoditas pertanian menjadi mitra dagang strategis bagi Indonesia. Berdasarkan data dari sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST sampai dengan Juni 2019 nilai ekspor komoditas pertanian ke Belanda senilai Rp. 603,39 M masih surplus dibandingkan nilai impor dari Belanda senilai  Rp. 273,66 M. Adapun jenis komoditas yang laris di pasar Belanda adalah  belimbing, durian, jeruk, mangga, manggis, markisa dan buah naga. “Dengan berhasil

menembus persyaratan ekspor negeri Belanda, kita sekaligus dapat menerobos pasar negara-negara Eropa. Sejalan dengan arahan pak Mentan memacu ekspor, ini harus terus kita perkuat,” pungkas Jamil.