JAKARTA (Independensi.com) – Pengamat ekonomi dari Universitas 17 Agustus 1945 (UTA’45) Jakarta, Sihar Tambun mengatakan, defisit APBN 2017 sejauh ini belum mengkhawatirkan meskipun sudah masuk dalam kategori zona kuning. Pemerintah juga punya solusi dan langkah jitu sehingga aktivitas pembangunan tetap berjalan normal.
Menurut Sihar, defisit APBN semakin meningkat disebabkan oleh diturunkannya target pendapatan pajak dan disaat yang sama terjadi kenaikan peningkatan belanja pemerintah. “Penurunan target pajak cukup realistis mengingat tahun 2017 ini tidak ada program Tax Amnesti,” kata Sihar Tambun kepada Independensi.com di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Menjawab pertanyaan mengenai efek dari defisit APBN 2017, Dekan Fakultas Ekonomi UTA’45 Jakarta ini mengatakan, efek-nya masih belum begitu memprihatinkan karena defisitnya masih dibawah 3 persen. Pemerintah bisa melakukan penambahan penerbitan utang jika memang belanja pemerintah terealisasi 100 persen. “Namun selama ini jarang sekali realisasi belanja bisa mencapai 100 persen,” kata Sihar.
Kalau pun terjadi penambahan surat utang pemerintah, lanjutnya, masih relatif aman dengan melihat rasio utang kita masih di kisaran 30%-40%.
Di era pemerintahan Jokowi – JK, solusi untuk menutup kenaikan defisit anggaran melalui penambahan utang relatif sangat wajar, apalagi publik (domestik/global) melihat bagaimana pemerintah saat ini sangat gencar (agresif) dalam pembangunan infrastruktur. Hampir di semua daerah di Indonesia memiliki proyek infrastruktur, sehingga dalam beberapa tahun mendatang sangat dirasakan manfaatnya.
Oleh karena itu, lanjut Sihar, membesarnya defisit anggaran dalam jangka pendek memang tidak terelakan lagi. Hal itu jelas karena percepatan pembangunan infrastruktur yang memang membutuhkan dana yang sangat besar.
Di satu sisi, kondisi tersebut sulit bagi pemerintah untuk mengimbangi kenaikan belanja tersebut dengan kenaikan pajak dalam jangka pendek. Namun demikian, Sihar menyatakan optimis bahwa Kementerian Keuangan mulai menggenjot penerimaan pajak ke depannya.
Ditambah lagi dengan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi negara besar seperti Amerika dan Cina. “Kondisi global itu akan berdampak positif terhadap harga komoditi (kenaikan demand) di dalam negeri dan kenaikan harga komoditi tersebut sangat menguntungkan bagi pendapatan negara kita,” tambahnya.