IndependensI.com – Penyelenggaraan hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ke-72 tahun 2017 ini amat menggembirkan dan merangsang rasa ke-Indonesiaan seluruh rakyat Indonesia, sebab secara bathiniah turut serta merayakan Detik-Detik Proklamasi di Istana Merdeka Jakarta.
Mengapa, karena pakaian adat berbagai suku hadir dan dikenakan masing-masing undangan , tidak lagi hanya jas dan batik serta kebaya buat perempuan. Pakaian adat itu merupakan bagian kecil dari pengakuan dan penghormatan atas keberagaman kita serta menumbuhkan kecintaan terhadap budaya dan seni warisan leluhur sebagai identitas resmi suku bangsa ke-Indonesia-an kita.
Kebijakan penyelenggara yang mengundang Pemuka Adat dari Baduy Dalam, suatu prestasi besar karena diketahui umum masih tertutup kepada kehidupan modern tetapi mau hadir merayakan HUT RI ke-72. Demikian juga suku-suku yang masih menutup diri terhadap modernisasi lainnya seperti Suku Anak Dalam di Sumatera Bagian Selatan, mudah-mudahan suku-suku yang masih tertutup lainnya seperti Suku Anak Laut di Kepulauan Riau di tahun-tahun mendatang menjadi perhatian, sehinggga kemerdekaan kita itu juga memerdekaan yang belum merasakan kemerdekaan yang telah kita capai sejak 72 tahun lalu.
Harus disyukuri capaian-capaian bangsa seperti ”dimerdekakannya” Papua dari ketimpangan ekonomi, mulai lancarnya tol laut dan tol udara, serta pembukaan jalan-jalan tol diberbagai wilayah.
Secara khusus kita bangga dengan penerbangan uji coba Pesawat N 219 produk PT Dirgantara Indonesia yang dengan mulus dan berhasil menunjukkan kemampuan putra-putra bangsa Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada produk asing. Bagaimanapun sebagai negara yang luas dan penduduk besar harus berupaya memenuhi kebutuhan sendiri. Barangkali sudah waktunya pula dipertimbangkan di bidang industri otomotif, apakah kebijakan seperti selama ini lebih ekonomis atau tidak dengan ketergantungan dengan negara lain.
Pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla telah berhasil meningkatkan selain taraf hidup rakyat juga harkat dan martabat bangsa di dunia internasional, suatu yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Mudah-mudahan jembatan atau simpang susun Semanggi dapat mengurai kemacetan, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat dapat mengurangi kesenjangan, dan masih banyak yang harus dikerjakan. Tetapi kemajuan bangsa ini tidak akan terwujud kalau tokoh masyarakat, elit politik serta tokoh partai politik tidak berperan aktif mendukungnya.
Dengan perayaan HUT RI ke-72 tahun ini mudah-mudahan kita saling melayani satu dengan yang lain di dalam kasih, sebab tidak ada hasil yang kita peroleh bila saling menyerang, saling menghujat dan saling menghindar. Mari kita saling asih, saling asah, saling asuh dan sekaligus menghilangkan rasa curiga satu terhadap yang lain.
Presiden Joko Widodo sebelum memulai pidato kenegaraan di depan sidang paripurna MPR, DPD dan DPR merundukkan memberi hormat kepada para hadirin, menunjukkan rasa hormat sepenuh hati kepada siding dan para anggota, masih pantaskah dia diperlakukan tidak hormat? Rasanya bukan kepribadian Indonesia.
Perayaan tahun ini ada dua hal yang kita catat. Pertama, doa saat pada penutupan sidang paripurna MPR, yang menyingung soal “kurus” dan “tua” menyebabkan hadirin ada yang tertawa dan bisik-bisik, ya namanya doa, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang tahu, sehingga kurang layak diperdebatkan.
Kedua, adalah kehadiran para mantan Presiden yang belum pernah terjadi, sepanjang kepemimpinan SBY, Megawati Sukarnoputri tidak pernah hadir, dan selama Jokowi baru pertama kali ini SBY hadir . Selama ini dipersepsikan publik ada ganjalan psikologis antara Megawati dan SBY, dengan kehadiran keduanya semoga ganjalan itu cair dan keduanya bersama-sama mendukung Pemerintah.
Kehadiran SBY juga menarik sebab publik beranggapan (mungkin) tidak akan hadir sehubungan dengan pidatonya seusai bertemu dengan Prabowo Subianto yang mengatakan agar pemegang kekuasaan tidak melakukan abuse of power.
Dengan berlangsungnya perayaan HUT RI ke-72 dengan segala kemeriahan serta partisipasi penuh seluruh rakyat Indonesia, benar-benar membawa suasana baru menggugah kembali rasa satu nusa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dan dengan kemerdekaan kita itu kita juga memerdekaan yang masih harus kita merdekakan. Jayalah Indonesiaku. (Bch)