JAKARTA (IndependensI.com) – Mantan perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, menyebut pemerintah Thailand sebagai tiran lewat cuitannya, Rabu (30/8/2017). Thaksin, yang menjadi buronan setelah digulingkan, mengutip pemikir Prancis untuk menanggapi kasus yang menyebabkan adiknya, Yingluck Shinawatra, jatuh dan menjadi tertuduh.
Yingluck, yang juga digulingkan oleh kudeta militer, kabur ke Dubai untuk menghindari penahanan. Politikus perempuan itu seharusnya menghadap ke pengadilan, akhir pekan lalu. Namun dia tidak muncul dan kemudian diketahui sudah berada di Dubai.
Setelah beberapa hari diam, Thaksin akhirnya berkomentar. Bekas pemilik klub Manchester City itu mengeluarkan cuitan yang menutip Charles de Montesquieu, filsuf Prancis di abad ke-18.
“Montesquieu pernah mengatakan ‘Tidak ada tirani yang lebih kecam dibanding mereka yang bersembunyi di balik perisai undang-undang dan mengatasnamakan keadilan’,” cuit Thaksin di Twitter.
Inilah kali pertamanya Thaksin menggunakan Twitter dalam lebih dari dua tahun terakhir. Thaksin, yang digulingkan pada 2006, prihatin atas nasib adiknya yang mengalami hal serupa pada 2014.
Thaksin melarikan diri ke luar Thailand pada 2008. Dia menghindari sanksi hukum atas kasus penyuapan. Thaksin menegaskan bahwa dia tidak bersalah dan hanya menjadi korban politik.
“Cuitan yang keluar setelah begitu lama mencerminkan kemurkaan Thaksin,” kata Pavin Chachavalpongpun, mantan diplomat Thailand dan akademikus di Universitas Kyoto.
“Saya rasa Yingluck dan Thaksin akan terus berusaha mencari ruang politik di Thailand (dari luar negeri)… mereka pasti ingin balas dendam terhadap musuh-musuhnya,” ujarnya.
Dinasti politik Shinawatra mencuat di bawah Thaksin pada 2001. Pengusaha dan penggemar sepakbola itu berhasil mendapatkan dukungan rakyat berkat terobosannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Thailand tanpa mengorbankan rakyat miskin.
Tapi kepemimpinan Thaksin tidak bertahan melawan desakan kaum bangsawan dan kelompok elite Thailand yang dekat dengan militer. Mereka mendorong rakyat perkotaan berunjuk rasa dan akhirnya meng-kudeta Thaksin.