JAKARTA (Independensi.com) – Pergerakan penumpang di 13 bandar udara yang dikelola oleh PT (Persero) Angkasa Pura I mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yakni rata-rata 14 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Bandara Adi Sumarmo, Solo yakni di atas 20 persen. Demikian dikemukakan Corporate Secretary PT Angkasa Pura I, Israwadi kepada Independensi.com di kantornya, Jumat (8/9/2017).
Dijelaskan, tingginya pergerakan penumpang di sejumlah bandara tersebut mengharuskan manajemen PT Angkasa Pura mengembangkan infrastruktur bandara. Pengembangan bandara itu sangat dibutuhkan untuk mengimbangi pertumbuhan penumpang sekaligus meningkatkan pelayanan terhadap para pengguna jasa.
Saat ini, kata Israwadi, ada tiga bandar udara yang sedang dikembangkan oleh PT Angkasa Pura I yakni di Yogyakarta, Semarang dan Banjarmasin. Ketiga bandara tersebut menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dicanangkan pemerintah pusat.
Bandara Adi Sucipto Yogyakarta sudah tidak mampu menampung pergerakan pesawat maupun penumpang, sehingga dibangun bandara baru untuk Yogyakarta di Kulon Progo. Kapasitas bandara Adi Sucipto Yogyakarta terbatas, sehingga penumpang merasa sudah tidak nyaman. “Demikian pula dengan pertumbuhan pergerakan pesawat yang terus meningkat, sehingga bandara itu terpaksa di pindah ke lokasi baru,” kata Israwadi.
Israwadi yang didampingi Corporate Communication Departement Head PT Angkasa Pura I, Awaluddin menambahkan bahwa dari 13 bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I saat ini belum semua meraih laba. Dari 13 bandara yang dikelola baru 7 bandara yang meraih untung, sedangkan enam bandara masih merugi yakni Frans Kaisiepo (Biak), Bandara Pattimura (Ambon), Eltari (Kupang), Sam Ratulangi (Menado), Bandara Adi Sumarmo (Solo) dan Ahmad Yani (Semarang).
Meski demikian, kata Israwadi, pada semester I 2017 ada sebuah progress di mana dari enam bandara yang merugi, kini tinggal tiga bandara yang merugi yakni bandara Pattimura (Ambon), Bandara Eltari (Kupang), Frans Kaisiepo (Biak).
Menurut Israwadi, bandara yang traffic nya masih di bawah tiga juta penumpang secara bisnis memang belum menguntungkan. Namun, dari sisi efek ekonomi tetap bagus, karena keberadaan infrastruktur itu menjadi motor bagi pertumbuhan ekonomi. ‘Kami optimis dengan pembangunan fasilitas bandara, termasuk pengembangan bandara akan mendorong pertumbuhan ekonomi, di mana pada akhirnya akan berdampak juga bagi pendapatan bandara,” kata Israwadi. (kris kaban/wasito)