PEKANBARU (IndependensI.com) – PT Pertamina Wilayah Pemasaran Riau mengakui, penggunaan elpiji bersubsidi 3kg di Kota Pekanbaru masih belum tepat sasaran dan menjadi salah satu pemicu kelangkaan gas bersubsidi di wilayah tersebut.
“Masih (belum tepat sasaran). Kita akui bahwa ada usaha kuliner dengan omzet diatas Rp 1 juta perhari masih menggunakan gas bersubsidi. Begitu juga dengan keluarga mampu yang belum beralih,” kata Sales Eksekutif LPG Pertamina Rayon V Riau, Adi Bagus Haqqi seperti dikutip Antara, Selasa (7/11). Adi mengatakan hal itu usai pihaknya bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pekanbaru menggelar inspeksi medadak (Sidak) ke sejumlah restoran, rumah makan dan kedai kopi besar beromzet diatas Rp1 juta perhari awal pekan ini.
Menurut Adi, temuan itu justru menguatkan distribusi gas bersubsidi yang masih belum tepat sasaran. Padahal, kata dia, upaya konversi gas subsidi 3kg yang dilakukan pemerintah menyasar ke masyarakat pra sejahtera. Selain itu, gas bersubsidi juga diperuntukkan bagi usaha mikro dengan omzet dibawah Rp1 juta per hari. Namun, kenyataannya masih cukup banyak masyarakat tidak mengindahkan hal itu.
Adi juga mengatakan, penggunaan gas subsidi dalam beberapa kasus digunakan oleh masyarakat atau pengusaha non kuliner seperti usaha “laundry” dan peternakan ayam. “Konversi kemarin kan tidak hanya tabung, kompor dan selang. Itu artinya gas subsidi untuk keperlua masak. Dalam beberapa kasus laundry juga menggunakannya, begitu juga peternakan ayam. Ini penggunaan yang tidak tepat sasaran,” tuturnya.
Untuk itu, dia mengatakan pihaknya akan terus intensif melakukan sosialisasi ke masyarakat agar penggunaan gas bersubsidi dapat tepat sasaran. Pertamina akan terus menggandeng pemerintah daerah dalam melakukan sosialisasi dan penindakan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhut menambahkan 60 persen dari 23.000 tabung gas bersubsidi di Pekanbaru digunakan oleh pengusaha mikro.
“60 persen dari 23.000 tabung gas perhari itu digunakan oleh pengusaha kuliner yang mengaku mikro. Namun data kita ada beberapa yang omzetnya sudah demikian besar tetap menggunakan gas subsidi. Ini yang terus kita telusuri,” katanya.