JAKARTA (IndependensI.com) – Indonesia bisa menjadi salah satu kekuatan baru dalam dunia pendidikan Islam yang saat ini banyak berkiblat ke Timur Tengah dan bahkan ke Barat. Itu artinya, Indonesia menjadi tujuan dunia dan pusat peradaban Islam di masa mendatang.
“Kita ingin Indonesia sebagai tujuan dunia dan pusat peradaban Islam di masa mendatang. Ini untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa Indonesia negara yang layak, pantas untuk menjadi pusat peradaban dan pusat studi Islam dunia,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin di Jakarta, Rabu (15/11/2017).
Menurut dia, saat orang bicara studi Islam maka kiblatnya adalah ke Barat, Timur Tengah, dan termasuk Indonesia sendiri. “Dengan segala sumber daya manusia dan fasilitas saat ini Indonesia sudah bisa menandingi pendidikan dua kiblat pendidikan Islam saat ini,” katanya.
Dia mengatakan sudah saatnya Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki tujuan studi Islam yang tidak kalah dengan Barat dan Timur Tengah.
Justru, kata dia, Indonesia memiliki kekhasan pendidikan Islam yang moderat yang berbeda dengan yang telah ada dan memiliki daya tarik tersendiri. Terlebih pendidikan Islam di Indonesia terbukti telah menjadi pusat persemaian Islam damai yang mampu bersanding dengan demokrasi sekaligus menjadi benteng tumbuhnya radikalisme serta terorisme.
Salah satu tolok ukur kelayakan pendidikan Islam Indonesia jadi kiblat dunia, lanjut dia, karena terdapat sekitar lima ribu doktor studi Islam, 500 profesor studi Islam dan cendekiawan terkait lainnya. Kenyataan ini dapat menjadi modal penting untuk membangun peradaban Islam di Indonesia, lewat jalur pengembangan studi Islam.
Di Indonesia saat ini terdapat banyak fasilitas pendikan Islam khas Indonesia yaitu sekitar 600 pendidikan tinggi Islam, 75 ribu madrasah tingkat menengah dan 28 ribu pesantren. Sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia yang mencapai 200 juta jiwa atau sekitar 87,2 persen dari total penduduk, Indonesia relatif stabil dan dapat menekan tumbuhnya terorisme.
Dalam keberagaman etnis, budaya dan agama, lanjut Kamaruddin, Indonesia berhasil mengembangkan ke-Islaman moderat “rahmatan lil ‘alamin” yang terbukti tahan guncangan.
“Di level dunia, Indonesia banyak menjadi obyek studi ke-Islaman inklusif karena di negara ini berbagai perbedaan dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Sangat berbeda dengan ke-Islaman di Arab dan Afrika yang lebih labil,” katanya.
Berdasarkan potensi-potensi tersebut, menurut dia, Indonesia layak mendapatkan pengakuan sebagai salah satu pusat peradaban Islam dunia. Ke-Islaman Indonesia diperkuat oleh berbagai organisasi kemasyarakatan yang saling mendukung sehingga membentuk wajah Islam Nusantara yang moderat, ramah dan aplikatif.
Promosi Pendis Kamaruddin mengatakan dengan segala potensi pendidikan Islam Indonesia harus terus dipromosikan kepada dunia. Di Indonesia, Islam mampu tumbuh moderat dan cocok diterapkan bersama demokrasi.
Promosi Islam moderat di Indonesia, kata dia, turut dilakukan oleh pemerintah lewat Kemenag. Untuk program promosi terdekat yang akan diselenggarakan adalah dengan Pameran Pendidikan Islam Internasional yang pertama kali digelar.
Sebanyak 18 kampus internasional, delapan partner institusi lintas negara dan lima kedutaan besar telah mengonfirmasi secara daring keikutsertaannya dalam Pameran Pendidikan Islam Internasional perdana yang digelar di “Indonesia Convention Exhibition (ICE)”, Tangerang Selatan pada 21-24 November 2017.
Ketua Panitia Pelaksana Pameran Pendidikan Islam Internasional Mizan Sya’roni mengatakan dalam pameran tersebut turut menghadirkan potensi pendidikan Islam di Indonesia yang memiliki kekhasannya serta tidak ditemukan di negara lain seperti adanya pondok pesantren, madrasah dan hal lain terkait khazanah Islam di Nusantara.
Dia berharap Pameran Pendidikan Islam Internasional yang perdana diselenggarakan tersebut mampu mempromosikan pendidikan Islam di Indonesia yang diharapkan dapat turut menambah khazanah pendidikan Islam selain di Barat dan Timur Tengah. (antara)