Pergantian Panglima TNI Hak Prerogatif Presiden

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin menegaskan bahwa pergantian Panglima TNI merupakan hak prerogatif Presiden. Pergantian Panglima TNI itu bisa dilakukan menjelang pensiun maupun menunggu pensiun.

“Kami (Komisi I DPR) banyak ditanya orang kapan pergantian Panglima TNI. Pada prinsipnya kami berpendapat bahwa pergantian Panglima TNI adalah hak prerogatif Presiden,” kata TB Hasanuddin di Jakarta, Rabu (15/11/2017).

Menurut dia pergantian bisa dilakukan menjelang Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pensiun atau menunggu pensiun pada bulan Maret 2018 mendatang. Hal itu tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.

Terkait dengan adanya permintaan Koalisi Masyarakat Sipil kepada Presiden Jokowi untuk segera mengganti Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dengan alasan memberikan keleluasaan bagi DPR untuk mencermati dan memeriksa profil kandidat, menurut TB Hasanuddin alasan itu cukup masuk akal.

“Selain soal waktu dalam memproses penyeleksian Panglima TNI yang baru, Presiden juga dapat mempertimbangkan kesiapan Panglima TNI yang baru untuk bersinergi dengan Polri dalam pengamanan Pilkada serentak 2018,” kata TB Hasanuddin.

Dalam proses pergantian Panglima TNI, TB Hasanuddin menjelaskan, nantinya Presiden hanya akan mengirim satu nama yang kemudian diserahkan ke DPR untuk menjalani uji kelayakan.

“Prosedur penggantian Panglima TNI, Presiden nanti mengirim satu nama saja lalu diproses di Komisi I DPR, fit and proper test, apakah DPR menyetujui atau tidak. Kalau menyetujui, ya dilanjutkan. Kalau tidak menyetujui, Presiden mengirim satu nama lagi, sampai kemudian disetujui DPR,” katanya.

Menurut politikus PDIP itu syarat menjadi Panglima TNI harus perwira aktif. Hal itu juga dipertegas melalui Pasal 13 ayat 4 Undang-undang (UU) TNI yang menyebutkan bahwa Panglima TNI dapat dijabat secara bergiliran oleh perwira tinggi aktif dari tiap angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan.

“Mereka yang pernah menjabat Kepala Staf atau sedang menjabat dan masih aktif, bisa dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,” kata purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir mayor jenderal itu.

TB Hasanuddin mengatakan di dalam UU TNI dinyatakan bahwa jabatan Panglima TNI dapat digilir. Menurut dia Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk keadilan bahwa semua angkatan itu memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi Panglima TNI.

“Sekarang ini Angkatan Darat, sebelumnya Angkatan Darat juga. Kemudian sebelumnya dari Angkatan Laut. Jadi, kalau dilihat seperti itu, supaya adil ya Angkatan Udara. Tapi, kembali lagi, ini kan hak preogratif Presiden, jadi biar Presiden yang memutuskan,” katanya.

Berdasarkan informasi yang diterima, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sendiri menjabat sebagai panglima TNI sejak 8 Juli 2015, dan akan memasuki masa pensiun pada Maret 2018. (Bsc)