BANDUNG (IndependensI.com) – Presiden Joko Widodo meminta masukan para tokoh masyarakat untuk mencari solusi masalah mengenai Sungai Citarum yang sudah tercemar polusi.
“Catatan yang kami terima, kurang lebih 2.400 perambah hutan, hampir semua petani, petani kentang dan wortel, perlu solusi memindahkan mereka dari kentang ke produk-produk lain yang ramah terhadap lingkungan,” kata Presiden Jokowi, dalam pertemuan dengan tokoh masyarakat pemerhati Sungai Citarum, di Graha Wiksa Praniti Kantor Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman Kementerian PUPR Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Presiden menerima sekitar 20 tokoh masyarakat untuk membahas penataan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Citarum.
“Saya menyadari Sungai Citarum punya arti yang penting bagi sejarah masyarakat Pasundan, juga punya nilai ekonomi dan sosial bagi masyarakat Jawa Barat dan juga DKI Jakarta. Telah 14 kali kami melakukan rapat mengenai Citarum ini dan pada malam hari ini kami mohon masukan, saran dari bapak ibu sekalian,” kata Presiden.
Berdasarkan catatan Presiden, Sungai Citarum merupakan sumber air bagi sekitar 27,5 juta penduduk, baik di Jawa Barat maupun DKI Jakarta. Catatan kedua, 80 persen air minum penduduk Jakarta berasal dari Citarum.
“Tapi kita prihatin di Sungai Citarum kurang lebih info yang saya terima, kebanyakan limbah dari 3.000 industri dimasukkan ke sini,” ungkap Presiden.
Meski sudah dilakukan beberapa kali pengerukan di DAS Citarum, tapi hasilnya tidak maksimal karena tidak terintegrasi dari hulu hingga hilir.
“Setelah saya lihat lebih detail lagi, kita lakukan pengerukan-pengerukan, tapi tidak akan memberikan hasil kalau hulunya tidak digarap dengan baik, tengahnya industri tadi tidak digarap dengan baik dan tentu dari hulu, tengah, hilir dikerjakan bersama-sama APBN, APBD provinsi sudah sepakat, oleh swasta dan dukungan internasional yang tertarik dengan penangangan Citarum,” kata Presiden.
Presiden mengaku pemerintah sudah membuat “timeline” aksi Citarum selama 2018.
“Perkiraan kami memang kalau dikerjakan secara cepat dan terus-menerus kurang lebih 7 tahun baru selesai memang memakan waktu sangat panjang, tapi apa pun harus kita kerjakan,” ujar Presiden.
Contoh yang sudah dikerjakan adalah oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membuat kolam retensi yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan penyalur air.
“Kolam retensi akan sangat mengurangi banjir di Depok, dan tahun depan sodetan dan terowongan dibuat, tapi kalau fisik-fisik begini tidak diikuti penataan di hulu, penanaman di hulu, saya kira tidak ada ada artinya,” pungkas Presiden.