JAKARTA (IndependensI.com) – Kekalahan tim Piala Davis Indonesia atas Filipina 1-4 pada pertandingan pertama ajang Piala Davis Grup II Zona Asia/Oseania pada 3-4 Februari lalu, sangat mengecewakan. Kondisi ini menyebabkan Indonesia harus bermain pada babak playoff melawan Sri Lanka yang kalah dari Thailand 2-3 pada bulan April mendatang. Sedianya, pertandingan itu untuk menentukan siapa yang turun kasta ke Grup III.
Adapun para petenis yang diturunkan pada akhir pekan lalu adalah para petenis muda. Hal ini dilakukan agar memberikan kesempatan bagi petenis untuk turun di ajang sekelas Piala Davis sekaligus menambah pengalaman bermain membawa nama bangsa. Dengan waktu yang tersisa ini, Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PP Pelti) segera melakukan persiapan. Selain mengikutsertakan pada turnamen, juga akan memanggil petenis senior Christopher “Christo” Rungkat ke dalam tim.
“Sudah ada kesepakatan kalau nanti di pertandingan kedua Christo akan bermain. Bukan berarti tidak regenerasi karena memakai petenis senior. Bagi saya, petenis senior yang menangan dan berpotensi layak untuk dipilih,” ujar Wakil Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Wakabid Binpres) PP Pelti, Deddy Prasetyo kepada IndependensI.com, Kamis (8/2). Ia menambahkan, hadirnya Christo adalah untuk menambah motivasi dan percaya diri petenis muda sekaligus mempercepat proses regenerasi.
Sementara itu Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PP Pelti) 2017-2022, Rildo Ananda Anwar, yang juga menilai selain minimnya pengalaman bertanding dan terlalu mengandalkan satu-dua pemain saja dalam setiap ajang besar tenis, regenerasi di tenis juga berjalan lambat. “Harus diakui pemain Indonesia memang kalah jam terbang, karena selama ini minim turnamen yang diikuti, terutama yang di luar negeri yang juga jadi salah satu aspek pembinaan. Dengan tidak adanya turnamen, otomatis petenis-petenis muda tak bermunculan juga, dan ini jadi pekerjaan rumah besar di Pelti,” ujar Rildo seperti dikutip dari Antara beberapa waktu lalu.
Perlu Waktu
Lebih jauh Deddy mengatakan, memaksimalkan dan mengandalkan petenis muda dalam tim masih perlu waktu sekitar 2-3 tahun lalu. Menurutnya, mereka harus sering diikutkan pada turnamen-turnamen lokal maupun internasional agar terasah kemampuannya. Namun demikian, Deddy mengakui untuk bermain ke turnamen luar negeri harus memiliki peringkat dunia. “Persoalannya, masih ada petenis kita ynag tidak punya peringkat dunia. Sehingga bila diikutkan pada turnamen Internasional hanya masuh daftar tunggu, tidak bisa bermain,” ujar pelatih Deddy Tennis Club itu.
Deddy mengakui, kondisi tersebut merupakan hasil pembinaan dari kepengurusan sebelumnya. Untuk itulah, Deddy dan kepengurusan yang baru harus segera melakukan perbaikan-perbaikan yang signifikan demi mengangkat prestasi tenis Tanah Air. “Saya sedang mencoba dengan asosiasi mengirim surat meminta wildcard kepada turnamen-turnamen seperti di India dan Pakistan untuk kelas Future US$ 15.000. Tujuannya agar mereka punya peringkat dunia dan bisa melanjutkan jadwal tanding ke turnamen internasional,” tandas Deddy.
Kendati demikian, untuk laga melawan Sri Lanka bulan April, bila surat tersebut tidak mendapatkan tanggapan, maka tim Piala Davis akan diikutkan pada turnamen lokal di Makassar pada 12-17 Maret mendatang. “Mau gimana lagi, ikut saja dulu turnamen di Makassar sambil melakukan simulasi pertandingan untuk persiapan melawan Sri Lanka,” imbuh Deddy. Dirinya berharap agar setelah April sudah ada perkembangan dari surat yang dikirim dan disegerakan melakukan rencana turnamen bagi petenis muda yang ada.