Tanggul Sungai Bekasi jebol karena kerap dilanda banjir kiriman dari Bogor. (ist)

Jaga Lingkungan, Gagas Sekolah Sungai

Loading

BEKASI (IndependensI.com)- Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas menggagas program Sekolah Sungai dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat di sepanjang bantaran perihal pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

“Program itu akan berbasis pada kurikulum lingkungan dengan melibatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tenaga pengajar yang
handal,” kata Penasihat KP2C Puarman yang, Senin (26/2/2018).

Dikatakan,  edukasi kepada masyarakat terkait eksistensi sungai sudah menjadi keharusan yang perlu diterapkan pada setiap individu menyusul sudah semakin banyaknya ekosistem sungai yang rusak.

Ia  mencontohkan, Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat saat ini mendesak untuk dilakukan normalisasi karena sudah mengalami pendangkalan.

“Dulu perjalanan air sungai dari pos pantau KP2C  di hulu Cileungsi ke  pos pantau di P2C di dekat Perum Pondokgede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi sekitar 4-5 jam, sekarang 3-4 jam sudah sampai di Kali Bekasi,” katanya.

Di lokasi itu, air juga cepat meninggi sehingga potensi banjir semakin mengancam 24 perumahan yang rutin terdampak banjir di sekitar sungai Cileungsi maupun Cikeas pada musim hujan.

Puarman menambahkan,  bahwa saat ini sejumlah tanggul yang berada di perumahan warga bantaran juga sudah tidak kokoh dan rawan jebol karena jarangnya proses perawatan dan perbaikan dilakukan pihak
terkait.

Sebagaimana diketahui, area hulu sungai Cileungsi memiliki hamparan seluas 26 ribu hektare dan hulu Cikeas  sekitar 11.000 hektare.

Dengan demikian, dampak potensi banjir terbesar akan datang dari hulu Cileungsi.
“Selama 12 tahun saya mengamati kedua sungai, sebesar apapun debit air dari Cikeas tidak akan menyebabkan banjir di hilir jika Cileungsi normal. Tidak begitu dengan Cileungsi, ketika debit air meningkat,
potensi banjir mengancam,” katanya.

Itu sebab penanganan potensi banjir, menurut Puarman, harus dilakukan di sungai Cileungsi, yang juga kerap menjadi lokasi pembuangan limbah yang diduga dilakukan sejumlah pabrik dan rumah tangga.

Banjir terparah kali terakhir berlangsung pada 21 April 2016, yang mengakibatkan seluruh perumahan di sepanjang sungai terendam.
Dilaporkan, banjir merendam diantaranya perumahan Pondokgede Permai (PGP) di Jatiasih, Kota Bekasi, setinggi lima  meter, Vila Jatirasa Kota Bekasi hingga  Perumahan Vila Nusa Indah, Bojongkulur, Gunung Putri,
Kabupaten Bogor.

Untuk itu, pihaknya merasa perlu mendorong digelarnya Sekolah Sungai yang berkaitan dengan materi pembelajaran seputar dampak dari elevasi sungai, restorasi sungai, pembersihan sungai dan lainnya dengan melibatkan tenaga pengajar dari kalangan profesional seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan sejumlah akademisi yang bergerak di bidang ilmu lingkungan.

“Memang gagasan Sekolah Sungai ini masih mengalami beberapa kendala, misalnya keterbatasan waktu yang dimiliki sejumlah pengurus, selain itu kita juga masih terganjal dengan ketiadaan tempat atau gedung sekolah. Kami masih diskusikan dulu dengan seluruh anggota untuk bisa mewujudkannya,” katanya. (ant/jonder sihotang)