PALEMBANG (IndependensI.com)- Kementerian Perdagangan terus berupaya mendorong peningkatan daya saing perdagangan nasional. Salah satunya melalui kegiatan diseminasi hasil pengkajian dan pengembangan sektor perdagangan Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP).
Kegiatan dengan tema “Peran Logistik Nasional dalam Mendukung Daya Saing Ekspor dan Stabilitas Harga Pangan” tersebut, berlangsung di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan, hari ini, Rabu (21/03/2018).
“Ketersediaan fasilitas logistik menjadi aspek penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah bahkan menempatkan Logistik sebagai salah satu dari enam area reformasi kebijakan yang dituangkan dalam 15 Paket Kebijakan Ekonomi. Dari seluruh Paket Kebijakan Ekonomi tersebut, terdapat tiga paket yaitu Paket ke-2, ke-9 dan ke-15 yang secara langsung ditujukan untuk perbaikan logistik nasional dalam rangka mendukung daya saing Indonesia,” ujar Kepala BPPP Kasan dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Kasan menjelaskan BPPP telah melakukan sejumlah kajian terkait peran fasilitas logistik untuk meningkatkan kinerja perdagangan, antara lain dengan melihat peran Pusat Logistik Berikat (PLB) dan Sistem Resi Gudang (SRG). BPPP telah melakukan kajian evaluasi manfaat pusat logistik berikat dalam rangka mendukung daya saing industri nasional dan kajian implementasi SRG komoditas perkebunan khusususnya kopi.
“Kedua hasil kajian ini diharapkan akan memberikan gambaran tentang PLB dan SRG sebagai fasilitas logistik yang dapat mendukung daya saing perdagangan dan stabilitas harga produk pertanian dan perkebunan,” jelas Kasan.
Berdasarkan hasil kajian, keberadaan PLB secara umum mampu meningkatkan kinerja logistik nasional karena memberikan perbaikan dari sisi biaya dan waktu logistik. Khususnya dalam hal pengiriman bahan baku pemasok ke gudang PLB, pengiriman barang dari gudang PLB ke pelaku usaha, dan waktu penyimpanan bahan baku. Oleh karena itu, Kemendag akan terus mendorong penggunaan fasilitas PLB bagi pelaku usaha, terutama untuk meningkatkan kinerja industri berorientasi ekspor.
Sementara itu, untuk mendukung stabilisasi harga produk pertanian dan perkebunan, pemanfaatan SRG komoditas kopi juga harus terus didorong sebagai fasilitas yang menguntungkan petani. Hasil kajian menunjukkan penyimpanan kopi, khususnya jenis arabica selama sebulan setelah panen raya, akan lebih menguntungkan petani dibandingkan menjual langsung pada saat panen. Sebagai upaya optimalisasi pemasaran komoditas kopi, Kemendag juga akan mendorong pengintegrasian SRG dengan jalur pemasaran khusus ekspor serta pasar lelang.
Pada kesempatan yang sama Inspektur Jenderal Kemendag, Srie Agustina menambahkan, logistik sangat penting dalam mendukung stabilitas harga pangan dan kinerja ekspor. Untuk itu pemerintah akan terus mencari terobosan baru untuk meningkatkan kinerja sistem logistik nasional yang selaras dengan pembangunan fasilitas pendukung logistik.
Selain itu, dukungan dari semua pihak juga diperlukan agar kinerja logistik Indonesia semakin hari semakin efisien, murah, dan mampu bersaing dengan negara tetangga. “Kami berharap dalam forum ini lahir rekomendasi kebijakan komprehensif untuk perbaikan sektor logistik hasil pemikiran bersama instansi pemerintah, pelaku usaha, dan perguruan tinggi,” imbuh Srie.
Universitas Sriwijaya dan Bank Indonesia Dukung Upaya Stabilisasi Harga Pangan Selain dua topik utama hasil kajian BPPP, dalam diseminasi tersebut disampaikan pula hasil kajian Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (FE UNSRI) tentang integrasi pasar beras di Sumatra Selatan oleh Dekan FE Unsri Prof. Dr. Taufiq, S.E., M.Si.
Dalam paparannya, Taufiq menyampaikan pasar beras di Sumatra Selatan terintegrasi pada tingkat konsumen dan produsen di pasar lokal (regional). Hal ini menunjukkan bahwa harga beras di tingkat konsumen sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga beras di pasar-pasar induk yang ada di kota Palembang. Menurut Taufiq, fluktuasi harga produk pertanian terutama beras harus terus mendapat perhatian dari Pemerintah.
Hal ini sudah ditunjukkan dengan intervensi kebijakan dalam menjaga stabilitas harganya. Namun, persoalan fluktuasi harga antarwaktu dan antartempat masih terus terjadi termasuk di Propinsi Sumatera Selatan.
“Selain ketersediaan pasokan, kondisi pasar beras yang terintegrasi membutuhkan dukungan fasilitas dan infrastruktur logistik yang baik. Oleh karena itu, perlu kerja sama seluruh pihak agar harga beras dapat stabil di semua wilayah di Provinsi Sumatra Selatan,” jelas Taufiq.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan, Rudy Hairudin turut menyampaikan dukungannya dalam upaya stabilisasi harga pangan yang dilakukan Kemendag, khususnya dalam rangka menjaga tingkat inflasi.
“BI selalu bersinergi dan mendukung pemerintah pusat, dalam hal ini Kemendag, untuk menjaga tingkat inflasi nasional dan daerah, khususnya di Provinsi Sumatra Selatan,” pungkas Rudy.