FAKFAK (Independensi.com) – Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti berharap harga rumput laut tidak dipencet-pencet. Perusahaan harus peduli dengan pembudidaya, sehingga masyarakat akan terpacu semangatnya untuk bekerja.
Demikian dikatakannya saat melakukan panen raya rumput laut di kampung Saharei Distrik Fakfak Timur Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Jumat (23/3/2018), dalam keterangan pers kepada Independensi.com, Sabtu (24/3/2018).
“Saya ingin bapak dan ibu disini menekuni usaha budidaya rumput laut ini. Disini ada PT. Algae. Nah, jika perusahaan punya niat baik nanti perusahaan pasti akan sukses”, kata perempuan kelahiran Pangandaran itu.
Tanpa ragu, Susi langsung turun ke laut dengan menaiki paddle Board dan memanen rumput laut bersama puluhan pembudidaya yang telah menunggu kedatangannya.
Panen raya rumput laut tersebut dilakukan pada lahan seluas 4 hektare yang merupakan hasil dukungan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Pemda setempat.
Susi tiba di Fakfak setelah sebelumnya melakukan rangkaian kunjungan kerja selama 7 (tujuh) hari ke beberapa Kabupaten di Propinsi Papua dan Papua Barat.
“Panen raya ini diharapkan akan menjadi awal menuju ekonomi masyarakat yang lebih baik. Saya ingin rumput laut ini menjadi alternatif usaha dan secara langsung meningkatkan pendapatan masyarakat disini”, ungkap Susi di depan ratusan masyarakat yang hadir.
Dirinya juga menyampaikan bahwa perairan di tanah Papua ini luar biasa kaya, oleh karenanya Susi berpesan masyarakat untuk menjaga kelestarian sumberdaya laut; memanfaatkan dengan cara bertanggungjawab dan tidak merusak demi anak cucu kita.
“Bapak Ibu harus bersyukur atas karunia Tuhan dengan kekayaan perairan yang luar biasa besar. Pemerintah telah berhasil mengusir para pelaku illegal fishing, sebanyak 363 kapal asing telah kita tenggelamkan. Sekarang ikan melimpah, bapak ibu harus bersyukur, caranya yakni dengan memanfaatkan dan melestarikan sumberdaya yang ada. Kalau bapak ibu kufur, nanti pasti akan celaka. Saya ingatkan bapak ibu tidak melakukan penangkapan ikan dengan portas, ngeruk pasir dan buang sampah plastik di laut,” ujar Susi.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan kebun bibit rumput laut kultur jaringan sebanyak 40 unit atau seluas 2,5 hektar kepada kelompok pembudidaya di kampung Saharei
“Saya juga titip pesen bantuan bibit agar-agar hasil kultur jaringan ini bisa dimanfaatkan. Dulu saya minta pak Dirjen Slamet cari solusi untuk mengganti bibit yang lama. Akhirnya, kita telah berhasil kembangkan bibit berkualitas ini diberbagai daerah termasuk di Fakfak.
Saat berdialog dengan Menteri Susi, ketua adat Saharei, Abdul Kadir Manggawa, mengungkapkan bahwa dukungan rumput laut yang diberikan Pemerintah sangat membantu dalam memberikan tambahan pendapatan. Ia juga menyampaikan keinginannya kepada pemerintah untuk merealisasikan program transfer nelayan.
Menurutnya ini harapan semua masyarakat. Dengan program transmugrasi nelayan ke distrik Weri, maka akan ada transper pengetahuan bagi masyarakat. Kadir juga meyakini jika SDM manusia kuat, maka pembangunan akan berjalan baik.
“Kami sangat berterima kasih kepada ibu Menteri atas dukungan rumput laut ini. Oleh karenanya, kedepan mohon fasilitasi dari ibu Menteri dan Bapak Bupati, agar harga rumput laut bisa stabil dan bagus terus. Hal ini akan menambah semangat kami untuk menekuni usaha ini”, pinta kadir.
Susi juga membuka acara workshop rumput laut nasional di hotel Grand Papua. Workshop yang bertajuk “Kemitraan antara pemerintah dan swasta untuk membangun bisnis rumput laut berkelanjutan” dihadiri seluruh stakeholders rumput laut mulai dari perusahaan industri nasional, eksportir, Pemerintah, praktisi, pembudidaya dan elemen lainnya.
Sentra Budidaya Rumput Laut Nasional
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menyatakan bahwa KKP akan menjadikan Kab. Fakfak sebagai salah satu sentra pengembangan budidaya rumput laut nasional.
“Kita harapkan pengembangan rumput laut di Fak Fak ini akan mendorong peningkatan kapasitas produksi. Dengan demikian, nantinya kita akan bangun sistem bisnis terintegrasi dari hulu hingga hilir. Ini penting untuk naikan nilai tambah”, jelas Slamet.
Slamet menekankan pentingnya mengimplementasikan peta jalan rumput laut nasional. Ia menegaskan bahwa tantangan utama saat ini adalah bagaimana menata sistem tata niaga rumput laut yang lebih efisien dan transparan.
“Rantai tata niaga harus efisien dengan memutus rantai distribusi yang terlalu panjang. Oleh karenanya, kemitraan harus terjalin secara langsung antar industri dengan pembudidaya di setiap sentra produksi dengan mengedepankan kepercayaan, tanggungjawab dan transparansi”, tegas Slamet.
“Pengembangan industri berbasis nilai tambah juga perlu didorong. Memang saat ini kita net eksportir terbesar tapi harus diakui 80% merupakan raw material. Kita harus mulai lakukan diversifikasi produk. Bayangkan, jika kita mampu menaikan grade produk dari raw material menjadi semi refine carageenan, maka setidaknya nilai tambah yang akan didapat bisa mencapai 274%”, pungkas Slamet