JAKARTA (IndependensI.com) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan inovasi dalam menangani masalah terorisme di Indonesia. Salah satunya menyiapkan standard operating procedure (SOP) sistem keamanan obyek vital nasional (obvitnas) bidang energi dan sumber daya mineral subbidang mineral dan batubara dalam menghadapi ancaman terorisme.
“SOP itu sangat penting untuk mengantisipasi dinamika terorisme yang terus berubah dan bisa menyasar siapa saja. Kalau dulu mereka menyasar apa-apa yang berbau Amerika Serikat, tapi sekarang semuanya disasar. Bahkan tidak hanya aparat, obvitnas pun bisa menjadi target mereka. Intinya, mereka selalu mencari titik lemah kita,” kata Kepala BNPT Komjen Pol Drs Suhardi Alius, MH, di Jakarta, Rabu (18/7/2018).
Pernyataan itu diungkapkan Kepala BNPT saat membuka kegiatan sosialiasi SOP sistem keamanan objek vital nasional bidang energi dan sumber daya mineral subbidang mineral dan batubara dalam menghadapi ancaman terorisme di Hotel Royal Kuningan, Jakarta. Kegiatan itu dihadiri seluruh stakehoder terkait dari Kementerian ESDM, Kepolisian, TNI, dan berbagai perwakilan tambang mineral dan batubara seluruh Indonesia.
Menurut Komjen Suhardi, Obvitnas menjadi salah satu konsen BNPT. Pasalnya, Obvitnas, terutama tambang mineral dan batubara memiliki peran penting dalam sistem perekonomian di Indonesia. Contohnya batubara yang banyak digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
“Tugas kami mendesain dan mensimulasikan SOP ini, apabila terjadi serangan teror dan bagaimana langkah-langkahnya. SOP ini dibuat dengan melibatkan seluruh stakeholder dan sekarang kita sosialisasikan. Dengan adanya SOP ini, kita tidak terdadak bila terjadi sesuatu, karena sudah ada SOP penanganannya. Perlu saya tegaskan bahwa pencegahan akan lebih bagus, daripada harus mendapat serangan,” papar mantan Kapolda Jabar ini.
Ia melanjutkan, bahwa SOP ini akan menjadi gambaran dan panduan serta berlaku pada saat tertentu. Namun, ke depan SOP ini akan terus berkembang sesuai dengan modus operandinya. Intinya, BNPT ingin memberikan SOP yang terbaik sehingga Obvitnas subbidang mineral dan batubara jangan sampai terganggu oleh aksi terorisme.
Komjen Suhardi meminta SOP ini harus dijalankan secara konsisten. Pasalnya fenomena terorisme terus berkembang tidak mengenal tempat dan waktu. Mereka (teroris) bahkan senang dengan kerumunan orang karena bila sampai ada gangguan, mereka merasa berhasil menimbulkan ketakutan di masyarakat. Apalagi dengan era digital informasi yang canggih sekarang. Kalau dulu rekrutmen harus tatap muka, sekarang cukup online.
“Buktinya fenomena lone wolf. Menghadapi dinamika ini, kita harus menyiapkan langkah pencegahan dan penangananya jangan sampai Obvitnas tidak memiliki SOP, karena kalau terjadi serangan cost-nya sangat mahal,” terang mantan Sestama Lemhanas ini.
Komjen Suhardi menegaskan, bahwa penanggulangan terorisme adalah tanggungjawab bersama. Karena itulah sinergitas antar lembaga seperti dalam penyusunan sampai sosialisasi SOP ini sangat penting. Ia berkeyakinan masing-masing Obvitanas sudah memiliki sistem keamanan yang baik, tapi akan lebih baik bila itu terus disempurnakan.
Hadir dalam kegiatan ini, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Direktur Perlindungan Brigjen Pol. Drs. Herwan Chaidir, Ir. M. Hendrastro (Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara) mewakili Dirjen Minerba, Prof. Bambang Widodo Umar (narasumber), Kasubdit Pam Obvit dan Transportasi BNPT Letkol Mar. Wahyu Herawan, dan Kasie. Pam Obvit BNPT Kompol Zulkifli, Sag, SH.