BEKASI (IndependensI.com) – Kehidupan akan terus berubah dan berpindah dengan cepat. Shifting (peralihan) adalah perubahan alamiah. Tidak hanya pada sisi teknologi tapi sisi yang lainnya. Hal tersebut dikupas dalam buku terbarunya Rhenald Kasali “The Great Shifting”.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo saat menghadiri acara launching buku “The Great Shifting” karangan Rhenald Kasali ,” di Rumah Perubahan, Bekasi, Sabtu (21/07/2018) mengatakan, Buku ini mengingatkan tentang teori evolusi di mana ada survival of the fittest. Yang menarik di dalam evolusi tidak semua species yang besar dan kuat bisa survive dan tidak semua yang kecil dan lemah punah. Di dunia yang sudah sangat maju ini juga demikian.
“Kita melihat banyak perusahaan besar dan lama tidak mampu survive dan diakuisisi oleh perusahaan baru dan relatif lebih kecil. Seperti Volvo diakuisisi Gili dari China, Jaguar diakuisisi Tata dari India,” lanjutnya.
Menurut Menteri yang telah malang melintang terlebih dulu di dunia bisnis, kuncinya adalah yang cepat mengalahkan yang lambat. “Jadi untuk bisa maju, just do it and take immediate action. Belajar dari buku Pak Rhenald Kasali, kita harus bisa mengantisipasi perubahan dan harus cepat kalau tidak mau tertindas oleh perubahan itu sendiri. Selamat Pak Rhenald atas peluncuran bukunya yang sangat inspiratif,” paparnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara menyatakan bahwa kehidupan memang berubah. Menurut dia, Indonesia beruntung punya Rhenald Kasali seorang pemikir dan penulis yang melakukan gerakan dan perubahan di Indonesia. Dia pun yakin bahwa perubahan itu bukan hanya karena teknologi/digital tapi karena pemikiran manusianya.
“Perubahan tidak hanya di masyarakat, cara pikir pemerintah juga berubah. Pemerintah melakukan proses-proses perubahan, tidak hanya sebagai regulator tapi fasilitator dan akselelator,” terangnya.
Penulis buku yang merupakan guru besar ekonomi UI sekaligus motivator Rhenald Kasali, saat meluncurkan bukunya itu mengatakan, kendati sebagian perubahan-perubahan itu berpindah ke dunia cyber, tetapi cara-cara cyber tidak bisa menggantikan humanistik.
Dia mengatakan, dalam buku Shifting dijelaskan bagaimana melihat desa, bagaimana mengembangkan desa agrowisata, bagaimana manfaat dana desa dan sebagainya.
“Apa yang dilakukan Pak Jokowi dan Pak Eko ke desa-desa, itu juga shifting. Tiap tahun dana desa turun, mencapai 187 T dana yang turun ke desa (kurun waktu 3 tahun),” ungkapnya.
Jika global disruption memindahkan penduduk ke kota dan melahirkan megacities, lanjut dia, Indonesia justru berpaling ke desa.
“Kalau program dana desa berhasil maka Indonesia bisa memberi perspektif lain pada dunia. Ya, shifting yang terjadi bisa berkebalikan dengan gejala megacity, dari kota ke desa. Desa akan menjadi pusat kegiatan ekonomi yang produktif, dan gejalanya sudah mulai terlihat,” pungkas mendes PDTT.