KARO (IndependensI.com) – Dataran Tinggi Karo Sumatera Utara sangat terkenal dengan obyek wisatanya sejak zaman dulu. Ada banyak obyek wisata di Kabupaten Karo seperti Gundaling (Berastagi), Air Terjun Si Piso-Piso, Tongging, Danau Kawar dan lain sebagainya. Salah satu yang obyek wisata yang hingga kini tidak diurus dengan baik adalah Air Terjun Sikulikap.
Lokasi Air Terjun Sikulikap berada di sebelah bawah lokasi Penatapen, Desa Doulu, Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Deli serdang. Air terjun ini sesungguhnya sangat eksotik, tetapi oleh Dinas Pariwisata Karo belum menjadi prioritas, sehingga sampai sekarang keberadaannya sangat memprihatinkan.
Pintu masuk menuju air terjun sikulikap berada persis di sebelah bangunan gapura perbatasan antara Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di pinggir jalan raya Medan – Berastagi. Untuk menuju lokasi air terjun Sikulikap anda harus berjalan menyusuri anak tangga yang berjarak lebih kurang 1 (satu) kilometer dari pintu masuk dan memakan waktu lebih kurang 15 menit dengan berjalan kaki dan binatang lainnya. Air Terjun Sikulikap memiliki ketinggian terjunan berkisar 30m dan di kelilingi batu cadas, menambah cirri khas ke eksotisan alam Sikulikap.
Untuk mencapai lokasi air terjun Sikulikap melalui jalan setapak yang dan masih banyak rintangan, namun disuguhi pemandangan hutan yang masih asri dengan kesejukan udaranya. Bagi yang beruntung, tak jarang anda jumpai satwa /bintang liar seperti monyet,orang hutan, juga berbagai jenis burung hutan.
Berdasarkan pantauan media IndependensI.com beserta Tim dari Lembaga Adat Pemuda Merga Silima (PMS) Karo mencoba untuk menelusuri kawasan objek wisata Air Terjun Sikulikap. Jalan menuju obyek wisata ini sangat tidak layak karena banyak pohon tumbang yang menutupi jalan, tetapi tetap dibiarkan.
Obyek wisata ini sangat tidak layak dari sisi akses transportasi untuk umum. Tim dari lembaga Adat Pemuda Merga Silima sangat terganggu akibat banyaknya pepohonan dan dahan ranting kayu yang membentangi jalanan. Begitu juga semak belukar yang hampir seluruhnya telah menutupi jalanan (anak tangga) sehingga menyulitkan untuk melintas. “Bukan itu saja, perjalanan kami juga terhenti setelah tinggal 100 meter untuk menuju lokasi, akibat adanya badan jalan menuju Air Terjun Sikulikap yang telah terputus dikarenakan tanah longsor sepanjang lebih kurang 15 meter,” kata salah seorang anggota tim.
Menurut informasi yang dihimpun, kejadian tanah longsor tersebut terjadi sudah hampir 2 tahun yang lalu, namun tidak diperbaiki oleh Dinas Pariwisata ataupun Dinas PUPR. Anggota Tim Pemuda Merga Silima akhirnya memilih jalur alternatif lain yang jaraknya bertambah jauh dari jalur biasa untuk menuju lokasi Air Terjun Sikulikap.
Menurut tanggapan salah seorang pengunjung obyek wisata Air Terjun Sikulikap, Maykhel Exfander (30) wisatawan asal kota Medan kepada IndependensI.com mengatakan “kami sangat menyangkan lokasi ini sudah tidak tertata juga tampak tak ada perhatian dan minim perawatan oleh instansi Pemerintah Karo. Padahal kalau memang benar benar ditata rapi dan di benahi, pasti banyak pengujung wisatawan lokal atau turis asing yang berminat kesini menikmati pesona air terjun. Walau pun di kenakan biaya untuk retrebusi, menurut saya hal yang wajar saja, tapi kalau keadaannya disini, walau digratiskan biaya masuk, saya rasa wisatawan pasti kapok lah,”ungkap Maychel kesal.
Salah seorang Pemerhati Pariwisata di Tanah Karo Ir Jesaya Sinulingga yang juga menjabat sebagai Sekertaris DPD PMS Kabupaten Karo mengatakan kondisi Daerah Tujuan Wisata (DTW) Air Terjun Sikulikap memang sangat memprihatinkan karena tidak dikelola secara serius. “Pihaknya “ sangat prihatin dan kecewa atas ke tidakpedulian Dinas Pariwisata Karo untuk membenahi mengingat lokasi air terjun tersebut punya potensi alam yang layak untuk dikembangkan dan dipromosikan,” kata Jesaya.
Kalo dikelola dengan baik, akses menuju lokasi diperbaiki pasti kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan asing bisa meningkat dan dapat menambah pendapatan bagi masyarakat setempat sekaligus menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor Pariwisata. “Kalau memang pemerintah tidak sanggup mengelola bisa melibatkan pihak ketiga atau pihak swasta sebagai investor. Dari pada dibiarkan terbengkalai begitu saja tanpa ada upaya untuk membenahi obyek wisata tersebut ,“pungkasnya (Daris Kaban)