IndependensI.com – Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan dengan enam Ketua Umum Partai Politik (parpol) pendukungnya di beranda Istana Bogor Senin (23/7) empat jam, pertemuan seperti itu diselingi canda dan tawa serta nostalgia, pasti banyak yang berisi, untuk kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara.
Ketua-ketua Umum parpol itu adalah Megawati Soekarnoputri (PDI-P), Airlangga Hartarto (Partai Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB), Surya Paloh (Partai Nasdem), Osman Sapta Odang (Partai Hanura) dan Romahurmuziy (PPP) yang konon telah sepakat menyerahkan nama Calon Wakil Presiden yang akan tampil mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019 yang akan datang yang sudah mengerucut pada satu nama.
Kata Romahurmuziy (Romy) bahwa nama cawapres itu akan diumumkan Jokowi pada hari terakhir pendaftaran, berarti masih harus menunggu bulan depan, dan partai koalisi pendukung tidak lagi ada intrik, atau seolah-olah “penyanderaan” semisal kalau bukan si A, akan “berbahaya” dan segala macam “guyonan”, yang dapat membingungkan masyarakat dan ditafsirkan lain oleh pihak yang berseberangan.
Dengan pertemuan itu, tokoh dari partai pengusung tidak lagi menyerang kebijakan Presiden, mengeritik perlu tetapi tidak menyerang seperti menyatakan OTT KPK ke Lapas Sukamiskin sebagai OTT ecek-ecek, oleh seorang anggota Komisi III dari partai pendukung. Apakah anggota DPR yang bersangkutan tidak sadar bahaya dari korupsi dan penyelamatan keuangan negara? Ada apa dengan yang bersangkutan?
Ketua-ketua umum parpol pengusung Jokowi hendaknya mengingatkan jajarannya, agar berpolitik santun dengan jiwa kenegarawanan serta menunjukkan dirinya politisi handal, tidak kacangan. Kita juga mengingatkan agar parpol-parpol itu sadar bahwa masyarakat sudah tahu memilah mana emas dan mana loyang, mana musang berbulu ayam dan mana harimau berbulu domba.
Dengan pendidikan politik, mungkin masyarakat sudah sadar serta cermat untuk membedakan partai dan orang-orang partai yang berjuang untuk keutuhan NKRI, Pancasila, UUD 1945 serta Bhinneka Tunggal Ika, serta tidak pro dan melindungi koruptor dan men-toleransi korupsi. Masyarakat sudah sadar korupsi sebagai musuhnya dan masyarakat bersyukur dengan adanya KPK, kalau tidak ada KPK, mana terungkap kasus PLTU Riau-1, suap Kalapas Sukamiskin dan lain-lain?
Para pemimpin harus buka mata hati tentang fungsi KPK, juga kinerja pemerintahan Jokowi-JK.Kritik wajar tetapi memiliki etika dan sopan santun, mau bersaing silahkan dengan sehat. Jangan menepuk air di dulang tersiram muka sendiri.
Kita juga mensyukuri pertemuan “Calon Presiden” yang juga Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Dewan Pembina Partai Amanat Nasional (PAN) Prof. Dr. Amin Rais serta Ketua Umum PA 212 di hotel Sultan pada hari yang sama. Menurut Slamet Ma’arif bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo Subianto juga sudah mengerucut menjadi dua nama yaitu dari parpol dan non parpol. Dari hasil diskusi dan tukar pikiran tersebut, Slamet mengatakan PA 212 beserta sejumlah parpol seperti Gerindra, PAN, PKS, PBB, dan Berkarya, sepakat untuk berkoalisi, kata Slamet Maarif sebagaimana diberitakan Detik.com.
Kita berharap para politisi dan pemimpin bangsa ini memberikan kenyamanan dan bimbingan kepada masyarakat penuh pengharapan akan masa depan tidak justru sebaliknya. Demokrasi adalah kebutuhan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tetapi hendaknya demokrasi itu tidak asal kebebasan belaka, demokrasi yang sehat tetap menggunakan hati nurani serta berdasar atas fakta dan data.
Kita menghormati Prof. BJ Habibie, Presiden RI ke-3 yang bicara soal Pilpres 2019. Dia mengingatkan masyarakat Indonesia untuk memilih Presiden yang mampu dan mempunyai kerja yang nyata. “Sekarang kita harus tingkatkan produktivitas sumber daya manusia. Oleh karena itu leadership yang kita butuhkan pertama yang benar-benar dekat dengan rakyat dan mempunyai suatu proses yang nyata,” kata Habibie di kediamannya di Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (22/7/2018) sebagaimana dikutip detik.com.
Dengan segala predikat yang disandangnya, tidak menganggap remeh orang lain, tetapi memberi hikmat bagi masyarakat dalam menentukan pilihannya sesuai hati nurani dan kebutuhan. Semoga semakin banyak tokoh bangsa ini yang menunjukkan dirinya sebagai negarawan sejati, politisi handal serta guru bangsa yang mumpuni. (Bch)