JAKARTA (IndependensI.com) – Minimnya turnamen lokal dan kesempatan untuk latih-tanding ke luar negeri, selalu menjadi persoalan bagi pembinaan dan prestasi cabang-cabang olahraga di Tanah Air. Apalagi untuk atlet-atlet penyandang disabilitas, sudah barang tentu lebih sulit untuk mencapai hal tersebut. Namun, tidak tertutup kemungkinan bilamana para pemangku kepentingan olahraga Indonesia mau memberikan dukungan maksimal secara konsisten.
“Kami para petenis difabel tidak butuh perhatian, tetap kesempatan. Ini untuk membuktikan diri. Kami tidak perlu dikasihani, karena itu akan memberatkan kami. Justru beri kami kesempatan untuk bisa membuktikan diri,” pengamat tenis kursi roda Yasin Onasie, Jumat (12/11/2018). Dia menambahkan, perhelatan Asian Para Games (APG) 2018 hendaknya dijadikan momen kebangkitan atlet-atlet difabel Tanah Air dan juga para penyandang disabilitas pada umumnya. Melalui APG 2018, keberadaan masyarakat penyandang disabilitas semakin terbuka untuk mendapat kesempatan berkarya dan berkehidupan lebih baik lagi.
Dengan memberikan kesempatan dan hak yang sama seperti manusia normal, akan timbul daya dan upaya dari atlet difabel untuk berprestasi. Yasin yang pernah tampil di Paralympic Games Yunani 2004 mengaku, pertenisan kursi roda di Tanah Air kerap menemui kendala. Terutama untuk peralatan dan pelatih yang mumpuni untuk mencetak prestasi. Dukungan dari banyak pihak masih diperlukan, tetapi bukan untuk dikasihani. “Seluruh masyarakat dan pemerintah juga, berilah kami kesempatan yang sama dan jangan sekali-kali mengasihani. Karena sekarang ini, kaum difabel di manapun bisa berprestasi di seluruh ajang olahraga khusus untuk paralympian,” ujar pria kelahiran 10 Desember 1965 itu.
Yasin juga menunjuk adanya organisasi yang mempersatukan atlet difabel, yakni National Paralympic Committee (NPC), diharapkan cabang olahraga tenis roda punya arah prestasi yang jelas. “Kami ingin mengembangkan tenis kursi roda ke seluruh Indonesia, dan berharap agar NPC juga bersama membantu mencari bibit atlet,” imbuhnya. Dengan demikian, olahraga ini bisa dijadikan penghidupan yang layak bagi kaum difabel. “Kalau sudah hobi maka cobalah dan jangan pernah takut serta menyerah,” ujar Yasin.