KERINCI (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan mendorong peningkatan produksi kopi jenis arabika di sejumlah kawasan. Salah satunya adalah kopi asal Kabupaten Kerinci yang baru saja mendapatkan sertifikasi kopi sertifikasi dari Kementerian Hukum dan HAM. Kopi yang yang diberi label Kopi Arabika Sumatera Koerintji ini diberikan menyusul wilayah Kerinci adalah Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) yang memiliki luas lahan kopi arabika 654 hektar.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Bambang menyatakan kopi arabika asal Indonesia merupakan komoditas ekspor yang sangat diminati pasar dunia. “Sebagian besar petani di Kerinci menanam kopi jenis arabika karena kopi jenis tersebut sangat diminati pencita kopi baik di luar negeri terutama negara-negara Eropa,” kata Bambang pada Sabtu (22/12).
Bambang juga menyatakan pengembangan kopi arabika diarahkan untuk menjaga posisi Indonesia sebagai sumber penting beberapa jenis kopi spesialti dunia, apalagi faktor geografis yang sangat menunjang untuk dikembangkan karena Indonesia tercatat memiliki kopi spesialti yang beragam dan kopi Indonesia merupakan kopi terbaik dunia.
Kopi Arabika Sumatera Koerintji adalah varian kopi arabika terbaik yang dikultivasi di kawasan kaki gunung Kerinci yang berada di ketinggian 1500 MDPL. Kopi ini memiliki rasa yang unik karena terdapat aroma spicy dan chocolaty.
Pada tahun 2017, Kopi Sumatera Koerintji meraih predikat pemenang kopi spesialti terbaik Indonesia yang diadakan oleh Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dengan skor 85,56. Selain itu, pada tahun 2018 Kopi Arabika Sumatera Koerintji juga meraih penghargaan Silver Medal pada ajang Australian International Coffee Award pada kategori Pour Over Single Origin.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Triyono yang membawahi sejumlah desa petani kopi menjelaskan, setidaknya ada tujuh kelompok tani yang memiliki kualitas Koerintji. Tujuh kelompok tani itu masing-masing berada di Kecamatan Kayu Aro Barat, Keamatan Kayu Aro, dan Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci.
“Total anggotanya ada sekitar 250 petani yang terbagi dalam tujuh Kelompok Tani. Kami berharap, kopi kami lebih dikenal lagi oleh masyarakat perkopian internasional, dimana mayoritas pembeli merupakan kalangan khusus di dunia perkopian,” ujar Triyono.
Triyono mengatakan, kopi arabika Sumatera Koerintji juga merupakan produk kopi spesialti dengan kategori limited edition karena dengan nilai skor tinggi, produksinya masih sangat terbatas 3-5 ton per bulan. “Yang jelas, kopi kami juga mendapat anugerah pesona alam yang menawan, diantaranya Puncak Gunung Kerinci, Perbukitan Gunung Tujuh, Kawasan Wisata Rawa Bento, dan hamparan perkebunan kopi,” katanya.
Pengembangan Paket Agrowisata
Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, wilayahnya menjadi potensi untuk sektor agrowisata kopi. Sejauh ini ia mengaku sudah melakukan kerjasama dengan asosiasi 3808 yang merupakan asosiasi perkumpulan pemandu pendakian Gunung Kerinci.
“Paket agrowisata yang ditawarkan yaitu paket 3 hari 2 malam seharga Rp 1.500.000/pax yang meliputi pendakian Gunung Kerinci pada hari pertama, Pendakian Gunung Tujuh pada hari kedua, dan wisata edukasi Kopi Arabika Sumatera Koerintji pada hari ketiga,” katanya.
Menueut Triyono, wisata edukasi ini juga meliputi edukasi budidaya Kopi Arabika Sumatera Koerintji di lahan perkebunan seluas 1 Hektar, proses pemetikan, proses pasca panen, pengolahan biji kopi, hingga edukasi teknik seduh kopi. “Konsep agrowisata tersebut rencananya akan mulai dilaksanakan pada awal tahun 2019,” katanya.
Berdasarkan data FAO, luas areal kopi Indonesia mencapai 1,23 juta hektar dengan 1,19 juta diantaranya milik perkebunan rakyat yang memiliki produktivitas 0,6 ton hektar. Seperti diketahui, Kemitraan Pertanian Berkelanjutan Indonesia atau Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) sudah menyiapkan kurikulum pembelajaran kopi untuk menjamin ketersediaan bahan baku secara berkelanjutan
Program ini merupakan bentuk dukungan dan vokasi pendidikan serta vokasi pelatihan dalam mempersiapkan generasi muda untuk terhubung dengan dunia industri. Sekaligus mendorong generasi muda untuk siap berusaha.