BURU (IndependensI.com) – Geliat produksi hortikultura di wilayah Namrole, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku berlangsung seru. Pasalnya, massa panen yang digelar selama beberapa hari ini masuk dalam pencanangan lumbung pangan dunia. Utamanya produksi Bawang Merah, Bawang Putih dan Jagung.
Sekretaris Daerah Latulipu, menjelaskan kegiatan panen ini digelar di dua lokasi berbeda. Bawang merah misalnya, lokasi panen berlangsung di Desa Simi. Di sana, turut hadri Direktur PPHP Direktorat Hortikultura Kementan yang didampingi Sekda, Kapolsek, Dandim serta seluruh SKPD Kabupaten Buru Selatan.
“Sedangkan untuk bawang putih dan Jagung berlangsung di kecamatan Wasema. Di sana turut hadir Sekretaris Daerah Kabupaten Buru Selatan, Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Bursel dan Kapolsek Namrole,” kata dia (28/1).
Menurut Latulipu, rangkaian panen ini tak lepas dari peran masyarakat dalam menjalankan program gempita. Belum lagi adanya bantuan sarana produksi dari Kementerian Pertanian (Kementan) untuk pengelolaan bawang putih di lahan seluas 140 hektare.
“Targetnya Kabupaten Buru Selatan akan memasok kebutuhan bawang putih ke wilayah Maluku, Maluku Utara dan Papua,” katanya.
Dikatakan Latulipu, pihaknya sangat mengapresiasi semua perhatian Kementerian Pertanian dalam memberi kepercayaan pada Kabupaten Buru. Apalagi, Kementan mencanangkan Kabupaten ini sebagai wilayah swasembada bawang putih melalui program gempita.
“Kementan telah mengoperkan bola ke Kabupaten kami. Tentu saja ini peluang yang harus dismash dan dimanfaatkan oleh kaum muda agar kita tidak tertinggal dan kebobolan,” katanya.
Latulipu menambahkan, saat ini ada kurang lebih 33 ribu hektar lahan sentra bawang putih yang tersedia di wilayahnya. Luasan ini diharapkan mampu mendongkrak kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar.
“Apalagi dukungan sistem pertanian sudah disiapkan oleh kementan. Makanya sekarang tidak boleh lagi ada petani yang kesusahan, sebab pemda akan kerahkan semua dinas terkait untuk mendukung gempita melayani petani hingga terjamin pendapatannya,” katanya.
Semua dinas diharapkan Latulipu mau bergerak bersama dalam manfaatkan peluang pertanian agar PAD daerah terus meningkat. Lahan pertanian juga harus terus berlimpah untuk dipakai sebagai modal pembangunan daerah. Yang pasti, Program Kementan ini harus menjadikan Buru sebagai ATM rakyat,” katanya.
Koordinator Nasional Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita), Muh Riyada mengatakan, kelompok Gempita saat ini sedang merancang masuknya 500 ribu generasi milenial untuk kembali pada sektor pertanian. Secara proses, kata dia, Gempita terus meyakinkan kaum muda agar menjadikan lahan pertanian sebagai mesin uang.
“Sistem pertanian modern dan segala dukungan teknologi akan mangkrak bila kaum milenial tidak terlibat. Kehadiran mereka sebagai operator akan menjadi bonus bagi petani di buru selatan. Jasa pertanian modern sampai pemasaran nantinya akan disediakan Gempita,” katanya.
Sekedar diketahui, Pulau Buru merupakan salah satu pulau terbesar di Kepulauan Maluku. Dahulu, pulau ini terkenal sebagai tempat pembuangan tahanan politik di masa Orde Baru. Namun, secara perlahan Buru berubah menjadi daerah penyangga perekonomian Kota Ambon, bahkan Indonesia Timur khususnya di bidang pertanian.
Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku mencatat, Pulau Buru merupakan kabupaten terbesar yang memproduksi padi pada bulan Januari-Desember 2018 yaitu sebesar 54,42 ribu ton. Lebih besar dibandingkan dua kabupaten lainnya yaitu Maluku Tengah (27,63 ribu ton) dan Seram Bagian Barat (5,42 ribu ton). Produksi ini membuat Pulau Buru surplus padi.