JAKARTA (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) telah menggaet sejumlah investor untuk kembangkan lahan tebu di sejumlah wilayah di Indonesia bagian timur. Salah satu investor, yaitu PT Hermes Sugar Indonesia (HSI) bahkan telah membidik wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah untuk pengembangan lahan tebu seluas 20.000 hektare.
“Mereka sudah memiliki izin untuk memanfaatkan Kawasan Hutan Produksi (HP) seluas 11.500 hektare. Tapi untuk membangun pabrik yang memiliki kapasitas 10.000 TCD (ton cane per day.red), maka dibutuhkan lahan 20 ribu hektare. Untuk kekurangan seluas 8.500 hektare, mereka akan jalin kerja sama dengan petani setempat menggunakan pola inti plasma,” terang Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro, saat bertemu dengan direksi PT HSI di kantor pusat Kementerian Pertanian, Jakarta pada Kamis (7/2).
PT HSI sudah membeli lahan seluas 200 hektare untuk membangun pabrik gula dan fasilitas-fasilitas lainnya. Perusahaan ini juga akan membangun pembangkit listrik Co-Generation 50 MWatt dengan memanfaatkan limbah tebu. “Teknologi yang mereka kembangkan mendukung zero waste. Jadi tak hanya memproduksi gula, warga setempat juga bisa menggunakan listrik yang bersumber dari biofuel,” ungkap Syukur.
Sebagai wilayah baru untuk pengembangan lahan tebu, Syukur meyakini Kotim memiliki potensi yang besar, terutama untuk menjadi pemasok gula untuk Indonesia Bagian Timur. Selama ini kebutuhan gula Indonesia Bagian Timur dipasok dari pulau Jawa.
“Banyak investor asing yang melirik wilayah timur Indonesia. Alasannya potensi pasar di wilayah ini masih sangat besar. Selain itu, sebagai wilayah baru dalam pengembangan lahan tebu, akan lebih mudah untuk mereka mengimplementasikan teknologi dan inovasi di sana,” sebutnya.
Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Agus Wahyudi dalam pertemuan tersebut mengungkapkan Kementan melalui Direktorat Jenderal Perkebunan akan turut memfasilitasi kerja sama antara investor dengan pemerintah daerah (pemda) maupun petani setempat. “Selama ini pemda sangat terbuka dan kooperatif,” ungkapnya.
Kementan juga akan turut melakukan pendampingan terhadap petani plasma, sekaligus memberikan bantuan berupa benih, pupuk, dan traktor. “Kami akan memfasilitasi komunikasi antara investor dan petani sehingga kesepakatan bisa menguntungkan kedua belah pihak,” tutur Agus.
Pemilik PT HIS Amit Prabhakar Kore menyebutkan bahwa budidaya tebu sangat menguntungkan sehingga dirinya optimistis petani akan bersemangat dalam menanam tebu. Apalagi pihaknya akan mengadopsi manajemen tanam di India yang mengintegrasikan penanaman tebu dengan tanaman lainnya. “Sambil menanam tebu, petani bisa menanam tanaman lain, seperti kacang kedelai,” ujarnya.
Tak hanya manajemen tanam, Amit menyebutkan pihaknya akan mengimplementasikan sistem teknologi informasi/ information technology (IT) yang akan memudahkan petani sebagai mitra kerja mereka dalam mengukur hasil produksi mereka. “Satu tahun pertama adalah masa adaptasi antara kami dengan petani. Tapi tahun-tahun berikutnya kami yakin kerja sama akan berjalan sangat baik karena petani pun sudah dapat merasakan keuntungan dari menanam tebu,” jelas Amit.
Selain pengembangan lahan tebu di Kabupaten Kotim, PT HSI juga sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Direncanakan PT HSI akan membangun pabrik gula di atas lahan seluas 25.000 hektare dengan kapasitas awal sebesar 10.000 TCD.
Saat ini Kementan tengah gencar menggaet investor baik lokal maupun asing untuk membangun pabrik gula baru. Upaya itu dilakukan untuk mencapai target swasembada gula konsumsi pada 2019 dan gula industri pada 2025.