JAKARTA (IndependensI.com) – Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan, Indonesia mengalami defisit energi, khususnya minyak. Besarnya kebutuhan minyak, terutama BBM, membuat negeri ini sangat menggantungkan diri dari impor BBM yang mencapai 41% dari total konsumsi.
Kondisi ini, lanjut Faisal, akan semakin parah bila melihat produksi migas nasional yang cenderung menurun. Bahkan dirinya memperkirakan, cadangan minyak Indonesia akan habis pada tujuh tahun mendatang atau pada tahun 2026. Prediksi ini berdasarkan tren cadangan minyak saat ini.
“Artinya kita menggasak minyak jauh lebih cepat dari usaha kita memperoleh cadangan baru, terus digenjot tapi malas mengeksplorasi. Kalau tidak terjadi penemuan baru dan tingkat produksi kita sekarang, rasionya 9,2, maka pada tahun 2026, minyak kita habis,” ujar Faisal di Jakarta, Kamis (14/2/2019).
Ia menerangkan, pada 1980, cadangan minyak Indonesia sebanyak 11,6 miliar barel. Dan saat ini hanya sekitar 3,2 miliar barel. Jika Indonesia tidak segera menemukan cadangan baru, maka minyak dan gas Indonesia akan habis pada 2026. “Tidak hanya minyak tapi gas juga akan ikut habis, karena gas Indonesia saat ini hanya 1,4% dari cadangan dunia. Dan cadangan ini juga akan habis dalam 35 tahun mendatang,” imbuhnya.
Untuk itu, Faisal menyarankan agar Indonesia memiliki dana abadi untuk menampung pendapatan dari sumber daya alam tersebut. Pasalnya beberapa negara juga menerapakan kebijakan tersebut.
“Jadi tidak semua pendapatan dari SDA itu dihabiskan, karena ada jatah generasi yang akan datang. Ini kita seperti kesurupan menghabiskan SDA kita secepat mungkin. Sehingga tidak peduli dengan hak generasi yang akan datang. Dana abadi harus ada karena itu bisa kita pakai untuk kedepannya,” ucapnya.