TEGAL (Independensi.com) – Nilai ekspor bunga melati ( Jasminum sambac) dari Jawa Tengah dalam kurun waktu Agustus 2018 sampai Januari 2019 senilai 200,55 miliar rupiah. Komoditas unik ini diekspor ke beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Arab Saudi.
Kementerian Pertanian lewat Badan Karantina Pertanian (Barantan) terus mendorong bisnis non migas yang bisa meraup untung devisa negara ini hingga setengah triliun rupiah dalam waktu enam bulan.
“Ini biasanya buat sembahyang dan hiasan, punya kita ini bagus, aromanya berbeda dengan yang punya negara lain, makanya mereka suka,” kata Ali Jamil, Kepala Barantan saat tinjau lokasi sekaligus me-launching perdana ekspor bunga melati ke Malaysia via Singapore lewat Bandara Ahmad Yani bersama anggota komisi IV DPR RI KRT H Darori Wonodipuro di UD Barokah Melati Jaya di Tegal, Jawa Tengah, Selasa (19/2).
Barantan sendiri melakukan penjaminan kesehatan terhadap komoditas melati ekspor berupa pengawasan kesehatan komoditas pertanian tersebut agar bebas dari hama dan penyakit tumbuhan, seperti serangga hidup. Diantaranya dilakukan perlakuan pencelupan insektisida (dithane) dan pendinginan. Hal tersebut dilakukan agar eksportasi melati dapat memenuhi persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) negara tujuan. “Jadi, ini kita pastikan tidak mengandung serangga dan lain-lain, biar nanti aman sampai sana, tidak ditolak di negara tujuan,” jelas Jamil.
Selain me-launching ekspor perdana melati ke Malaysia via Singapore lewat Ahmad Yani, acara juga menghadirkan 200 petani bawang merah, bawang putih dan beras merah organik. Para petani dihadirkan guna mengikuti program Agro Gemilang di Karantina Semarang. Lewat program Agro Gemilang, Kemtan via Barantan melakukan pendampingan kepada petani dan calon eksportir, khususnya para pemuda millenial, agar dapat ikut terjun meningkatkan eksportasi komoditas pertanian.
Pembinaan kepada kelompok tani diantaranya bimbingan teknis cara pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilapangan saat budi daya, pembinaan saat prosesing ekspor dengan penerapan higiene dan sanitasi di area processing. “Ini salah satu upaya meningkatkan neraca perdagangan kita, lewat eksportasi non migas,” jelasnya.
Di Jawa Tengah sendiri, sebaran petani bunga melati terutama ada di Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang dan Pekalongan yang seluas 600 hektar. Harga bunga potong melati di tingkat petani untuk passr lokal sebesar 30.000 – 50.000 rupiah per kg, sedangkan untuk tujuan ekspor, harga ditingkat petani bisa mencapai Rp. 100.000,-/ kg. Keuntungan petani dapat meningkat hingga 100% lebih.
Hingga saat ini, di Jawa Tengan sendiri hanya terdapat 9 eksportir bunga melati, yang sebagian besar eksportasinya lewat Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Anggota Komisi IV KRT Darori Wonodipuro dan tim, juga Bupati Tegal yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ir. Khofifah, MS turut serta dalam acara tersebut melakukan mediasi dengan Angkasa Pura, Asperindo dan Garuda Indonesia agar eksportasi dapat dilakukan langsung via Bandara Ahmad Yani, Semarang. Darori berharap instansi dan BUMN terkait dapat memfasiltasi dan mendorong sektor perekonomian kerakyatan tersebut.