JAKARTA (IndependensI.com) – Komunitas golf di Indonesia kehilangan salah satu tokoh yang sangat peduli terhadap pembinaan dan peningkatan prestasi para atlet golf di Tanah Air – setelah HMP James Simatupang meninggal dunia di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta, Selasa (19/03/2019) pukul 17.02 WIB.
Pak Sim, demikian sapaan akrabnya, selain dikenal dikenal secara luas baik di dalam maupun luar negeri, juga dikenal sangat akrab dengan rekan-rekan media cetak, televisi, radio an media online.
Seperti diketahui, almarhum pada masa Orde Baru pernah aktif menjadi pengurus olahraga gulat, sehingga beliau paham betul bagaimana menjalin komunikasi dengan para juru warta.
Paling tidak, tanpa harus membuat janji terlebih dulu, setiap kali penulis datang menemuinya secara langsung di Jakarta Golf Club (JGC) Rawamangun – tempat di mana almarhum menjabat sebagai Ketua Umum JGC 2017-2022 (periode kedua), untuk mengonfirmasi dan/atau untuk menghimpun opini atau komentar almarhum tentang pelbagai hal yang berhubungan dengan olahraga golf di Indonesia, pria kelahiran Sidikalang Sumatera Utara 12 Juli 1944, itu, tetap welcome.
Kenapa?
Karena, menurut almarhum Pak Sim semasa hidupnya, wartawan dan media adalah mitra yang, sesuai dengan kapasitasnya ikut berperan-serta dalam mengekspose kegiatan olahraga golf kepada masyarakat.
Betul bahwa, sebagaimana umumnya orang Batak, pak Sim pun kalau berbicara – meski tidak dengan gaya yang meledak-ledak – cenderung tetap blak-blakan atau terbuka.
Paling tidak, dalam setiap kesempatan penulis mewawancarai pak Sim semasa hidupnya, penulis belum pernah sekalipun mendengar beliau menyebutkan kata “Off the Record” betapa pun sensitifnya masalah yang penulis tanyakan kepada beliau!
“Aku percaya… kau bisa memilah dan memilih… mana informasi yang layak dijadikan berita dan mana informasi yang hanya kau dan aku yang tahu…” katanya dengan suara yang datar-datar tanpa penekanan, dan disusul dengan senyum penuh arti.
Tentu saja, sebagai bagian dari komunitas golf di Tanah Air, penulis sangat menghargai imbauan yang disampaikan mendiang pak Sim tersebut.
Oleh karena itulah maka Pak Sim, dengan tangan terbuka tetap menerima kedatangan saya dan sahabat saya: Harry Tjahjono, novelis dan penulis scenerio (salah satunya yang dikenal) sinetron Si Doel Anak Sekolahan, yang akan mengulik pesan dan kesan secara langsung dari mendiang pak Sim tentang Laksamana Sukardi, Menteri BUMN era Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia.
Seperti dikerahui Pak Sim pada waktu itu menjadi Staff Ahli Laksamana Sukardi, dan diakuinya bahwa AD-ART di instansi BUMN yang dipimpin oleh kader PDI-P tersebut yang membuat adalah dirinya.
Sayang sekali hasil wawancara saya dan Harry Tjahjono bersama pak Sim, yang rencananya akan menjadi salah satu isi dari buku berjudul Catatan Laksamana Sukardi Menjadi Menteri BUMN, batal diterbitkan karena khawatir akan membuat suasana jelang Pilpres 2014 menjadi tidak kondusif.
Selamat Jalan, Pak Sim.
Jasa Bapak akan selalu dikenang oleh orang-orang yang mengenal Bapak selama hayat masih di kandung badan. (Toto Prawoto)