JAKARTA (IndependensI.com) – Para pebulutangkis Indonesia tak berhasil menembus babak final Malaysia Open 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia. Ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto harus terhenti di tangan unggulan tiga Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda 13-21, 20-22, Sabtu (6/4/2019).
Seperti dikutip dari badmintonindonesia.org, game pertama dimulai Fajar/Rian kerap di bawah perolehan angka lawan. Mereka tak bisa keluar dari tekanan lawan, hingga akhirnya kalah 13-21. Masuk ke game dua, Fajar/Rian juga masih belum bisa mengatasi tekanan lawan. Meski pertandingan berlangsung lebih ketat dari sebelumnya, Fajar/Rian akhirnya harus mengakui keunggulan Kamura/Sonoda. “Kami kalah tekanan, powernya mereka benar-benar kencang. Jadi kami ketekan terus, susah keluar dari tekanan,” kata Fajar usai berlaga.
“Hari ini drive-drive kami agak naik, karena tekanan mereka sangat kencang sekali. Jadi kami pengembaliannya banyak bola naik. Kalau kemarin kami tenaganya masih segar, terus untuk adu drive juga masih bisa membanting-banting,” ujar Rian. Head to head Fajar/Rian dan Kamura/Sonoda sendiri terpaut ketat 3-4. Pada pertemuan terakhir mereka di Hong Kong Open 2019, Fajar/Rian kalah 22-24, 15-21 dari lawannya itu.
Usai berlaga di Malaysia Open 2019, Fajar/Rian akan lanjut bertanding ke Singapore Open 2019. “Setelah ini kami mau recovery dulu, bersiap untuk Singapore Open. Mudah-mudahan penampilan kami bisa lebih baik dari sekarang,” lanjut Fajar.
Sementara itu, ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pun kandas di perempat final, setelah dikalahkan unggulan dua Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen 13-21, 21-16, 17-21 dalam tempo 50 menit. Hendra/Ahsan tak berhasil mengulang sukses pertemuan terakhir mereka dengan Li/Liu di Daihatsu Indonesia Masters 2019 lalu. Dimana mereka menang 21-16, 21-12 dari Li/Liu. “Pertama mereka bagus mainnya, rapet, nggak gampang mati. Terus di game ketiga juga kami kalah start,” ujar Ahsan. “Di game kedua kami coba duluin depannya supaya dapet bola serang yang enak. Tapi di game ketiga kami dapat bola bawah terus,” komentar Hendra.
Setelah Malaysia Open 2019, Hendra/Ahsan akan meneruskan pertandingannya ke Singapore Open 2019. Mereka mengatakan akan melakukan evaluasi untuk mempersiapkan laga berikutnya. “Jaga kondisi saja, karena ini sudah pertandingan ke pertandingan. Evaluasi nanti kami akan ngobrol lagi sama pelatih, apa yang kurang dari penampilan kami hari ini,” jelas Ahsan.
Kemudian kekalahan juga dirasakan ganda campuran Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow yang harus mengakui keunggulan duet tuan rumah, Tan Kian Meng/Lai Pei Jing melalui tiga game 21-17, 16-21, 16-21. Tontowi/Winny sebenarnya cukup mulus melawati game pertamanya. Masuk ke game dua, mereka pun berhasil memimpin jalannya pertandingan hingga 14-10. Namun setelah itu, secara tak terduga Tan/Lai merebut enam poin berurutan dari Tontowi/Winny. Poin pun berbalik, Tontowi/Winny tertinggal 14-16. Ketertinggalan itu akhirnya berlanjut hingga lawan akhirnya mencuri game kedua.
“Untuk pertama, di atas kertas sebenarnya kami bisa menang. Di awal juga sudah betul mainnya. Tapi malah kami jadi tegang sendiri, jadi ragu-ragu sendiri, malah jadi kacau mainnya. Sebenarnya lawannya biasa saja, mungkin karena terlalu yakin, malah jadi ragu-ragu buat pukulannya. Ini yang harus jadi pelajaran buat kami kedepannya,” jelas Tontowi. Kehilangan game kedua, cukup berpengaruh pada penampilan Tontowi/Winny di game penentu. Tan/Lai tampil percaya diri dan mencoba mendikte permainan. Tontowi/Winny pun terpaksa menyerahkan kemenangan kepada lawan.
Ganda putri Ni Ketut Mahadewi Istarani/Rizki Amelia Pradipta juga dikalahkan ganda Tiongkok, Du Yue/Li Yinhui 18-21, 16-21. Tak banyak perlawanan yang bisa dikeluarkan Ketut/Rizki. Mereka mengaku tertekan permainan lawan, sejak awal game pertama. Meski telah berusaha memperbaikinya di game kedua, Ketut/Rizki akhirnya belum bisa mencuri kemenangan dari Du/Li.
Harapan untuk tembus ke semifinal sudah berakhir. Namun perjalanan mereka masih terus berlanjut ke Singapore Open 2019. Ketut/Rizki mengatakan akan kembali bersiap untuk menghadapi pertandingan berikutnya. “Kedepannya harus lebih safe, dikurangin lagi error-nya. Habis ini kami recovery dulu, baru latihan lagi untuk persiapan Singapore Open,” kata Ketut.
Akui Keunggulan
Sementara itu pemain spesialis tunggal putra Jonatan Christie pun terhenti di semifinal dan harus mengakui keunggulan pemain tangguh Tiongkok, Chen Long dengan skor 21-12, 10-21, 15-21. Kekalahan ini menjadi yang ketujuh kalinya Jonatan dengan Chen. Sejak pertama kali berhadapan di Piala Sudirman 2015 lalu, Jonatan belum bisa merebut satu kemenangan pun.
“Sudah saya perkirakan kalau berhadapan dengan Chen Long tidak akan mudah. Head to head saya juga ketinggalan jauh. Tapi saya sudah mencoba melakukan yang terbaik,” ujar Jonatan. Dia membuka game pertama dengan kemenangan 21-12. Namun di game kedua, Jonatan tak bisa banyak bicara dengan ketertinggalannya dan cukup jauh dengan 10-21.
Beranjak ke game penentu, Jonatan kembali mencoba membuka peluang dengan unggul 11-10 pada jeda interval. Sayang setelah angka 12 sama, Jonatan kehilangan tujuh angka berurutan. Jonatan pun akhirnya harus mengakui kebolehan peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 tersebut. “Di game pertama dengan keadaan kalah angin, saya saya bisa bermain cukup baik dan Chen Long juga banyak melakukan kesalahan sendiri. Tapi saat saya pindah tempat dan menang angin, membuat lawan lebih enak dengan pola bertahan. Tapi sejauh ini, secara keseluruhan saya sudah cukup puas dengan permainan saya, meskipun hasilnya belum maksimal,” jelas Jonatan.
Lebih jauh Jonatan mengakui, Chen Long sudah lebih percaya diri dan jauh lebih tenang dibanding Viktor Axelsen. “Di saat saya bermain cepat dia bisa mengimbangi permainan saya. Jadi beberapa kali pola saya cukup patah ditangan Chen Long,” sambungnya lagi.