JAKARTA (IndependensI.com) – Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Zulfikri mengatakan, saat ini progres pembebasan lahan proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 98 persen.
“Lahannya sudah 98 persen, artinya tinggal dua persen lagi yang belum itu di sekitar daerah Karawang,” katanya, seperti dilansir Antara, Jumat (2/8/2019).
Dia mengatakan prores pembangunan konstruksi hingga saat ini sudah 20 persen dan ditargetkan hingga akhir tahun bisa mencapai 40 persen. “Kita harapannya Juni 2021 sudah beroperasi,” katanya.
Dalam proyek ini, nantinya KA Cepat Jakarta-Bandung juga akan terhubung dengan angkutan pengumpang atau feeder ke Stasiun Bandung dan Terminal Leuwi Panjang.
Sebelumnya, bor raksasa atau ‘Tunnel Boring Machine’ (TBM) yang digunakan untuk konstruksi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCIC) yang didatangkan khusus dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai, China, telah tiba di Indonesia.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia – China (KCIC) Chandra Dwiputra mengatakan setelah selesai proses perakitan di China sejak pertengahan Februari 2019, bor tersebut akan langsung dioperasikan menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai KM 3+300, dari arah Jakarta.
Total bobot yang dimiliki TBM KCJB sebesar 3.649 ton dengan diameter 13,19 meter dan panjang yang mencapai 105 meter menjadikannya sebagai alat bor terbesar yang pernah ada di Indonesia.
TBM KCJB akan beroperasi di daerah Halim dengan menggunakan Metode Shield Tunneling (MST) untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter.
Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan standar keamanan dalam pembuatan terowongan yang nantinya akan melintang di bawah jalan Tol Cikampek (KM 3+600 sampai dengan KM 5+800) melewati bagian tengah jalan dan overpass jalan arteri Jatiwaringin yang merupakan lokasi yang sangat padat dengan kegiatan mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung.
Chandra meyakini Penggunaan TBM ini sama sekali tidak akan menghambat lalu lintas tol Jakarta Cikampek karena tingkat keamanan metode pengerjaan Shield Tunneling jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode drill, blasting atau metode lainnya.
“Metode ini bekerja seperti cacing bawah tanah di mana selama proses pengeboran hampir tidak menimbulkan gangguan bagi aktivitas kendaraan atau masyarakat yang berlangsung di atasnya. Penggunaan metode ini juga telah sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandara Halim Perdanakusuma tentang ketinggian bangunan dan kemungkinan mengganggu operasional penerbangan, katanya.
Dia menegaskan komitmen perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung ini dan bisa beroperasi pada 2021.
Kereta Cepat Jakarta Bandung juga akan menggunakan kereta cepat generasi terbaru, CR400AF, yang merupakan hasil pengembangan tipe CRH380A oleh CRRC Qingdao Sifang.
CR400AF memiliki lebar 3,36 meter dan tinggi 4,05 meter dengan panjang kepala kereta 27,2 meter dan intermediate kereta 25 meter.
Selain lebih andal, CR400AF juga memiliki masa penggunaan lebih lama hingga lebih dari 30 tahun (sejak tahun produksi) serta biaya perawatan yang lebih rendah.
Berbeda dengan tipe sebelumnya, CR400AF didesain untuk beroperasi di empat iklim, salah satunya di iklim tropis dengan kondisi suhu dan kelembaban tinggi seperti di Indonesia.
Setiap rangkaian CR400AF dilengkapi dua lightning arrester untuk meningkatkan keamanan terhadap sambaran petir terutama di sisi peralatan tegangan tinggi.
Chandra menambahkan selain mampu beroperasi di iklim tropis dan cuaca ekstrem, CR400AF juga dipastikan mampu menghadapi kondisi geografis lintasan Jakarta Bandung yang cenderung menanjak. (dan)